2021, 7 Maret
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus memacu program hilirisasi produk karet melalui diversifikasi produk yang memiliki daya saing tinggi.Hal tersebut sebagai upaya mendorong sektor industri pengolahan karet agar semakin produktif, baik pada skala menengah besar, menengah, kecil, bahkan mikro.

“Peningkatan pengolahan hilirisasi industri karet dalam negeri dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan teknologi industri pada produk hilir seperti alas kaki, ban vulkanisir, kompon karet, karet keperluan tambang dan karet rumah tangga serta karet otomotif,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta.

Lebih lanjut, menurut Doddy, potensi karet alam di Indonesia tahun 2020 tercatat sebanyak 3,5 juta ton. Salah satu daerah yang mampu memasok karet alam adalah Jambi. Provinsi tersebut mampu memasok sekitar 10% karet alam, setelah Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Meski demikian, pada 2019 hanya 21% karet yang diserap domestik, dan sisanya diekspor dalam bentuk karet remah, lateks pekat maupun ribbed smoke sheet.

Dalam upaya mendukung hilirisasi produk berbahan karet alam di daerah Jambi, BSKJI Kemenperin telah menandatangani kesepakatan dengan dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi terkait kerja sama penerapan teknologi industri komoditi unggulan di Provinsi Jambi.

“Kerja sama seperti ini perlu ditindaklanjuti untuk menciptakan ekosistem industri dan sinergi para pemangku kepentingan untuk dapat mendorong tumbuhnya industri hilir karet di Jambi, bahkan dapat dijadikan sebagai pilot project pola pengembangan komoditi unggulan di provinsi lainnya,” ujar Doddy.

Sebagai tindak lanjut kerja sama tersebut, salah satu unit kerja Kemenperin yakni Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Palembang, secara intensif melakukan pendampingan dan transfer teknologi industri pengolahan karet alam di Provinsi Jambi.

Baca Juga:  Selamatkan Karet Dari Kepunahan

“Sebagai langkah awal, kami melakukan pendampingan kepada UMKM lateks pekat di Muhajirin, Kabupaten Muara Jambi dan UMKM Pengolahan Karet di Kabupaten Sarolangun,” tambah Kepala Baristand Industri Palembang, Syamdian.

Syamdian menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan pilot project hilirisasi karet dalam satu klaster kecil. Implementasinya, bahan baku karet yang akan diolah, dibeli dari petani karet desa setempat yang tergabung dalam satu Unit Pengolahan dan Pelelangan Bokar (UPPB), kemudian diolah menjadi brown creepe dan selanjutnya dijadikan kompon karet maupun barang karet,” jelas Syamdian.

Selain kegiatan pendampingan, kata Syamdian, Baristand Industri Palembang, berpartisipasi aktif dalam memberikan konsultansi pengembangan UMKM dan penyusunan roadmap pengembangan UMKM sampai dengan 2023 dengan produk akhir ban vulkanisir, kompon karet vulkanisir, karet otomotif, karet keperluan rumah tangga dan karet keperluan tambang. “Pada 2021 akan difokuskan pada alas kaki, karpet karet dan kompon karet yang saat ini sudah mulai berproduksi,” jelas Syamdian.

Dalam upaya sinergi hilirisasi karet tersebut, Baristand Industri Palembang juga didukung sepenuhnya oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. “Nantinya, Bank Indonesia akan memberikan bantuan pelatihan teknis, pengelolaan keuangan, dan bantuan permodalan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,” sebut Syamdian.

Syamdian berharap, nantinya program pengembangan UMKM di daerah tersebut tidak sebatas pada industri karet saja, tetapi juga pada komoditi lain seperti kopi, air minum dalam kemasan, olahan pangan lainnya. “Ke depannya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Perwakilan Jambi akan mengandeng Baristand Industri Palembang untuk pendampingan produksi air minum di tiga pondok pesantren dan sertifikasi SNI kopi bubuk di Kabupaten Kerinci,” pungkas Syamdian. (YIN)