Masyarakat tidak akan merambah hutan jika diberikan lahan untuk melakukan budidaya (bertani), untuk itu pengelola Taman Nasional (TN) memberikan lahan kepada masyarakat Kampung Cibilik, Desa Nanggerang, Kecamatan Cicuruk, Kabupaten Sukabuni Provinsi Jawa Barat untuk ditanamin sereh wangi.
Hal itu yang diungkapkan oleh Koordinator Kelompok Masyarakat Peduli Alam Konservasi (KOMPAK), Zaenudin saat berkunjung ke redaksi Media Perkebunan.
Lebih lanjut, menurut Zaenudin tanaman sereh wangi sangat cocok daripada tanaman jagung untuk pelindung TN karena hama pengganggu tidak akan memakannya. Berbeda keadaannya jika tanaman pelindung tTN tanaman jagung, hama pengganggu akan memakannya dalam waktu yang singkat.
“Jadi babi ataupun monyet ekor anjang tidak akan memakan ataupun merusak tanaman serenh wangi ketimbang tanaman jagung. Hal ini karena daun dari tanaman sereh wangi pedas bila dikonsumsi langsung oleh hama pengganggu,” jelas Zaenudin pembeli daun sereh wangi.
Adapun luasannya, Zaenudin mengatakan, saat ini TN memberikan lahan kepada masayarat seluas 100 hektar. Dari luasan tersebut, saat ini yang sudah tertanam seluas 80 hektar sedangkan sisanya seluas 20 hektar akan ditanam setelah tanmanan pertaman menghasilkan.
“Sehingga kita membeli dari petani seharga Rp 500 perkilogram dalam bentuk basah. Setelah kita membeli dari petani kita olah kembali menjadi sebuah minyak dengan harga Rp 200 ribu per kilogram,” ungkap Zaenudin.
Memang, Zaenudin menjelaskan, panen sereh wangi yang berlokasi di Kampung Cibilik, Desa Nanggerang adalah panen perdana yang akan dipanen tanggal 8 April 2017 ini. Kemungkinan panen perdana ini dalam satu hektar akan menghasilkan 200 kilogram minyak sereh wangi. Sehingga dalam 80 hektar akan menghasilkan 20 ton minyak sereh wangi.
“Bahkan di panen berikutnya akan meningkat menjadi 30 ton minyak sereh wangi. Hal ini karena di panen berikutnya tanaman yang akan dipanen akan bercabang sehingga jumlah yang akan dipanen kan meningkat. Jadi panen berikutnya tiga bulan sekali,” papar Zaenudin.
Bukan hanya penigkatan produksi, Zaenudin mengatakan, setelah satu tahun tanaman tersebut bisa beranak dan anakannya bisa dijadikan bibit. Bahkan permintaan akan minyak sereh asal Indonesia cukup diminati.
Hal ini karena kualtas minyak sereh asal indonesia memiliki aroma dan rendemen yang lebih baik jika dibandingkan minyak sereh dari Vietnam dan Tiongkok sebagai produsen terbesar minyak sereh wangi. Artinya permintaan minyak sereh wangi asal Indonesia cukup menjanjikan.
“Jadi setelah kita suling menjadi minyak lalu kita jual lagi ke eksportir. Bahkan permintaan dari eksportir bisa mencapai 2 ton perbulan, maka solusinya eksportir akan mencari didaerah lain. Sebab saat ini budidaya sereh wangi cukup menjanjikan dan cukup baik untuk tanaman buffer (tanaman penyangga tanaman hutan) untuk TN,” pungkas Zaenudin. YIN/S