Tangerang, mediaperkebunan.id – Produksi kakao di Indonesia semakin terancam akibat serangan penyakit, terutama jamur akar, yang belum memiliki obat efektif hingga saat ini. Hengky Lianto, Direktur Utama PT. Timor Mitraniaga, menyatakan bahwa serangan jamur akar dapat memusnahkan hingga 78% tanaman kakao dalam satu tahun, mengakibatkan penurunan drastis dalam produksi kakao nasional.
“Jamur akar ini bukan hanya menyerang tanaman kakao, tetapi juga tanaman pelindung seperti lamtoro dan pinang. Dampaknya sangat serius dan hingga kini belum ada solusi yang efektif,” jelas Hengky saat di temui pada acara Bunex 2024 yang di selenggarakan oleh Ditjenbun pada hari Jumat (13/09).
Menurutnya, meskipun berbagai upaya telah di lakukan, termasuk penggunaan Trichoderma, hasilnya tidak memuaskan. “Saya sudah bersurat ke Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), tapi hingga sekarang belum ada obat yang benar-benar berhasil.”
Masalah Lama pada Kakao
Serangan jamur akar ini sudah menjadi permasalahan lama, namun belum ada tindakan yang cukup signifikan untuk mengatasinya. Hengky menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut oleh lembaga riset untuk menemukan solusi yang tepat. “Kami sudah berusaha memutus rantai penyebaran dengan menggali saluran dan memotong akar yang terinfeksi, tapi itu sangat sulit dan tidak bisa di lakukan di seluruh area kebun.” ujarnya.
Selain serangan jamur akar, perubahan iklim turut memperburuk kondisi tanaman kakao. Hengky menjelaskan bahwa curah hujan yang tinggi di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) memicu penyebaran penyakit busuk buah. “Curah hujan yang terus-menerus selama beberapa hari bisa menyebabkan puluhan ton kakao rusak akibat busuk buah,” ungkapnya.
Meskipun harga di pasar global sedang naik hingga Rp130 ribu per kilogram, tantangan besar bagi petani kakao Indonesia tetap ada. Hengky mencatat, “Harga saat ini sangat menguntungkan, tapi jika tanaman kami rusak karena penyakit, petani tetap sulit memanfaatkan peluang ini.” Menurutnya, produksi harus di dukung dengan upaya lebih besar dari pemerintah dan riset untuk mengatasi masalah penyakit.
Di level global, penyakit tanaman seperti jamur akar juga berdampak pada negara-negara penghasil kakao utama seperti Pantai Gading dan Ghana (Afrika). “Di Ghana, sekitar 70% tanaman terkena penyakit serupa. Ini masalah serius yang harus segera di atasi,” jelas Hengky.
Sebagai pemilik kebun seluas lebih dari 800 hektar, Hengky berharap pemerintah meningkatkan fokus pada replanting dan pengendalian penyakit tanaman. “Harapan saya, pemerintah dan lembaga riset bisa segera menemukan solusi bagi jamur akar, sehingga dalam lima tahun ke depan produksi kakao dapat pulih dan memenuhi permintaan global yang terus meningkat,” tutupnya.