Seperti kacang lupa kulitnya. Setidaknya itulah yang terkesan kuat dalam Pertemuan Nasional Sawit Indonesia yang diselenggarakan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit, Kamis (2/2) di Hotel Borobudur. Pertemuan yang dihadiri para pelaku usaha perkebunan dan petani sawit di buka Menko Perekonomian Darmin Nasution didampingi beberapa menteri terkait itu, menuai protes dari salah satu petani.
Gus Harahap seorang petani kelapa sawit dari Sumatera Utara mengaku prihatin lantaran tidak menghargai Direktur Jenderal Perkebunan sebagai pelaku perintis komoditas kelapa sawit. “Padahal dia (Dirjenbun) yang merintis dimulainya industri sawit yang sekarang berkembang pesat. Tapi kenapa dia tidak ikut dipanggil ke depan,” ujarnya kesal.
Gus mengingatkan, komoditas yang memberi devisa negara itu dimulai pada 1980-an pada program perusahaan inti rakyat (PIR) Bun, dan dilanjutkan PIR Trans, hingga revitalisasi perkebunan. Jika tidak ada program itu industri sawit tidak akan seperti sekarang ini.
Seperti diketahui pada acara itu sejumlah menteri dipanggil ke podium antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Rusman Heriawan, Bayu krisnamurti dan Dirjen Anggaran Kemenkeu. Selanjutnya dilakukan pemberian penganugrahan kepada yang dianggap tokoh berjasa dalam pembangunan sawit Indonesia kepada Soedjai Kartasasmita, Bungaran Saragih, Derom Bangun dan Roesdiana Soeharto.
Namun sangat disayangkan Dirjen Perkebunan yang hadir dalam acara ini yang mewakili Menteri Pertanian tidak ikut dipanggil dalam pembukaan acara maupun penganugrahan sawit. Hal inilah yang diprotes dari salah petani sawit Gus harahap. “Karena Ditjenbun sebagai pembina kami tidak dianggap, dirintis oleh Ditjenbun setelah sekarang jadi Nomor 1 ditinggal begitu saja. Jadi seperti kacang lupa kulitnya,” ujarnya kesal. Nasib-nasib.