Medan, Mediaperkebunan.id
PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) sebagai lembaga penelitian yang berbentuk badan usaha dibawah PT Riset Perkebunan Nusantara , arah penelitiannya adalah komersialisasi yang marketable. Semua penelititian PPKS adalah problem solving untuk mengatasi masalah di lapangan, pertama untuk PTPN III holding sebagai induk perusahaan , kemudian untuk umum (perusahaan perkebunan swasta, petani, pemerintah). Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Edwin Syahputra Lubis menyatakan hal ini.
Sebagai Pusat Unggulan Inovasi Kelapa Sawit oleh BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional), ditransformasi menjadi Kawasan Sains Teknopark (KST) yang bermana Oilpalm Science Tecnopark (OST). Lewat OST semua hasil penelitian PPKS dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Layanan yang disediakan adalah teknis, pengembangan teknologi dan inkubasi bisnis.
OST merupakan satu-satunya KST di Sumut dan mendapat predikat madya dari BRIN, kedepan akan terus ditingkatkan menjadi utama. OST merupakan akselerator pendapatan PPKS juga membuat hasil inovasi lebih marketable. Kehadiran OST diharapakan meningkatkan perekonomian wilayah, tempat pelaku usaha mendapatkan informasi teknologi. Kedepan akan ditingkatkan sebagai kawasan eduwisata di Sumut.
Saat ini sudah ada 3 teknologi di OST yaitu gula merah sawit, makanan rendah kalori dan kosmetik berbahan sawit. Produk baru OST adalah lotion anti nyamuk, teknologi minyak sawit merah dan makanan rendah kalori berbasis minyak sawit merah.
OST sudah hasilkan 12 kerjasama transfer teknologi dan berbagai kegiatan bisnis seperti agrowisata, penjualan kosmetik, produk pangan, coklat sawit, eduwisata, avros parak dan avros guest house. Pelayanan teknis OST adalah pelatihan, konsultasi teknis dan peragaan.
Layanan pengembangangan teknologi mulai dari disain teknologi, purwarupa dan konsultasi hukum. Inkubator bisnis berupa dukungan teknologi dan manajemen. Sedang fasilitas pendukung adalah tempat produksi skala terbatas, kantor, konferensi dan pameran.
Hasil penelitian yang bersifat strategis dan bisa diproduksi dengan sarana dan prasarana yang dimiliki PPKS menjadi bisnis baru. Sedang bila hasil riset dibutuhkan pasar untuk pengembangan, membutuhkan modal besar, sarana dan prasarana PPKS tidak tersedia maka dijadikan lisensi bekerjasama dengan industri. Sedang hasil penelitian yang perlu proses lagi untuk dapat bersaing di pasar dan bisa diaplikasikan untuk UMKM dan IKM masuk dalam inkubasi bisnis.
PPKS juga melakukan digitalisasi baik aspek manajerial, penyebaran informasi dan sistim pemasaran. Dengan aplikasi mysawit maka semua informasi produksi PPKS bisa mudah didapat oleh masyarakat lewat HP. Dengan cara ini PPKS semakin dekat dengan masyarakat dan berperan.
Agus Susanto, Kepala Bagian Penelitian PPKS, menyatakan saat ini dunia sudah berubah maka PPKS juga ikut berubah. Tantangan internal industri sawit adalah peningkatan produktivitas, peningkatan nilai tambah produk dan efisiensi produksi, dinamika anomali iklim, stabilitas harga, aspek kelembagaan petani swadaya, peningkatan kapasitas SDM.
Tantangan eksternal adalah tuntutan industri ramah lingkungan dan tracebility, trade barrier pada industri minyak nabati global, kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit, ancaman penyakit dan patogen baru. Tantangan baru adalah advance technology.
Tantangan riset PPKS adalah riset tidak hanya ditujukan untuk korporasi (PTPN Holding), juga perkelapasawitan nasional (pemerintah, swasta, perkebunan rakyat); lingkungan yang dinamis dan mudah berubah baik kondisi global maupun industri sawit; riset berjalan sendiri-sendiri, perlu sinkronisasi dengan arah perusahaan dan kebutuhan korporasi; tidak semua riset yang ada dapat menghasilkan produk atau teknologi yang dikomersialkan atau berhasil dikomersialkan.