Tanggamus, Mediaperkebunan.id
Kondisi kakao di hulu sudah kritis. Harus ada tindakan drastis menyelamatkan kakao Indonesia. Kalau perlu dibuat program gernas seperti dulu dimana petani mendapat bantuan pupuk untuk intensifikasi, sedang peremajaan dan perluasan bantuan bibit, pupuk, dan lain-lain. Demikian hasil kunjungan Gamal Nasir, mantan dirjen perkebunan dan pembina beberapa asosiasi petani ke petani kakao di Lampung.
Akhir pekan ini Gamal sengaja berkunjung ke salah satu sentra produksi kakao di Lampung yaitu Kabupaten Tanggamus. Disana diterima oleh Nasrudin ketua POKTAN Sido Rukun Desa Suka Agung. Di lokasi ada juga petani kakao dari Kabupaten Pringsewu dan Pesawaran.
Nasrudin, Ketua Kelompok Tani menyatakan rata-rata kakao di wilayahnya sudah berusia diatas 25 tahun. Produktivitasnya sudah rendah sekali. “Sehingga sejak 4 tahun lalu kami terpaksa melakukan sambung samping untuk menaikkan produksi. Namun keterbatasan keahlian petani membuat tidak semua mampu melakukannya. Banyak yang membiarkan kebunnya terlantar karena sudah tua bahkan ada yang sudah berumur 30 tahun . Selain itu banyak tanaman yang sudah rusak,” kata Nasrudin.
“Banyak petani sudah menebang tanaman kakaonya dan diganti dengan pepaya dan pisang. Kami juga kalau terus seperti ini akan lama-lama akan ikut menebang ,” katanya.
Petani sangat membutuhkan bantuan pupuk karena pupuk khusus kakao sulit dicari. Tanaman tua produktivitasnya rendah sehingga perlu peremajaan baik dengan cara sambung samping atau sambung pucuk.
Gamal Nasir dalam kesempatan itu berdiskusi dan ramah tamah dengan 5 kelompok tani yang hadir ,mendengarkan semua keluhan dan kesulitan yang dialami petani, terlebih sulitnya mendapatkan pupuk. Setelah melihat semua itu Gamal minta pemerintah segera melakukan sesuatu.
“Indonesia sudah darurat kakao. Hal ini bisa ditunjukkan dengan produksi biji kakao yang semakin menurun dan impor yang semakin besar. Indonesia pernah menduduki posisi nomor 3 di dunia sebagai penghasil biji kakao tetapi sekarang turun jadi nomor 6. Jangan biarkan semakin turun. Program seperti gernas kakao harus dilakukan lagi,” kata Gamal.
Petani kakao di sentra-sentra produksi harus dibantu . Indonesia punya potensi besar sebagai produsen biji kakao terbesar di dunia. Harus ada upaya ke arah sana. Industri pengolahan juga sedang berkembang sehingga perlu bahan baku.