Seperti disampaikan oleh pucuk pimpinan Holding PTPN III, Elia Massa Manik, Sang Dirut menyebut holding BUMN kebun ini menanggungrugi tahun 2015 yang mencapai Rp 613,27 miliar. Di berita lain, disebutkan PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) membukukan laba bersih sebesar Rp 623,31 miliar atau Rp91 per saham pada laporan tahun 2015.
Sengaja membandingkan dua badan usaha ini. Mewakili BUMN dan BUMS. Mereka termasuk pionir perkebunan kelapa sawit dengan mayoritas lokasi kebun di Pulau Sumatera.
Mengapa yang satu untung besar dan satu lagi rugi besar? Pertanyaan yang tidak kalah menarik, Mengapa BUMN Rugi Besar, sementara BUMS untung besar. Kita bisa berdebat panjang, bahkan bisa berujung saling bertahan sekaligus saling menyerang.
Apapun argumentasinya, mereka menjual produk dengan harga yang relatif sama. Banyak kebun mereka bertetangga. Dengan demikian, kualitas dan kondisi lahan bisa diduga tak jauh berbeda. Karena berdekatan, sehingga di level operasional kebun, bisa dipastikan tata kelola kebun juga akan relatif sama.
Upah atau Upah Minimum Provinsi (UMP) dan produktivitas panen, kebutuhan dosis pupuk, produktivitas tanaman, kebutuhan biaya perawatan lebih kurang sama. Pada level pemakaian dan perubahan teknologi, baik di kebun maupun di pabrik CPO juga nyaris mirip. Karena memang tidak ada temuan dan terobosan teknologi yang sangat dramatis merobah kinerja perkebunan yang secara eklusive hanya dipakai salah satu perusahaan (Selengkapnya baca MEDIA PERKEBUNAN Edisi 155 Oktober 2016)