Bangka Selatan, Mediaperkebunan.id
Masyarakat Bangka Belitung untuk tanaman perkebunan sangat mengandalkan tiga komoditas yaitu lada, sawit dan karet. Bateng Haruldi, Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Bangka Belitung menyatakam hal ini pada kunjungan kerja Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Perjuangan/Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia Gamal Nasir ke Desa Delas, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan.
Pertemuan itu dihadiri oleh Ketua Umum Apkasindo Perjuangan Alpian Arahman, Dirut PT Dahlia Duta Utama, Dahlan Said dan Dinas Pertanian Kabupaten Bangka Selatan. Pertemuan ini digagas untuk memperkenalkan teknologi Agrodyke dari PT Dahlia Duta Utama ,produsen Agrodyke, pada petani sawit dan lada Bangka.
Kondisi lada saat ini harga agak turun ditambah serangan penyakit membuat semangat petani berkurang. Petani merasa hasil yang didapat tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. “Tetapi budidaya lada merupakan budaya masyarakat, apapun yang terjadi mereka tetap mengusahaakan kebun lada,” kata Bateng.
Saat ini sudah ada rintisan hilirisasi lada oleh salah seorang petani dengan mendapat bantuan alat pengolah dari pemerintah. Hilirisaisi diharapkan akan mendongkrak harga dan petani kembali bersemangat melakukan budidaya lada. Teknologi Agrodyke diharapkan memberi jalan keluar masalah penyakit lada.
Sedang sawit sebenarnya merupakan komoditas baru, “Tahun 1995 ketika saya mulai bekerja ada 2 perusahaan sawit yang akan membangun kebun di Bangka Selatan ditolak warga. Tetapi selanjutnya masyarakat ternyata melihat sawit sangat menguntungkan sehingga banyak yang menanam,” katanya.
Sayangnya animo yang tinggi ini tidak diikuti dengan praktek budidaya yang baik sehingga produkvitas rendah. Banyak yang menggunakan benih palsu, kalaupun menggunakan benih unggul tetapi budidayanya tidak sesuai GAP.
PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) di Bangka Selatan tahun 2020 ditargetkan mencapai 290 ha. Tetapi banyak kendala sehingga saat ini yang sudah tumbang chiping dan menanam 31,5 ha. Sedang tahun 2021 target dinaikkan jadi 816 ha. Bangka Belitung sendiri tahun 2021 target PSR 2.139 ha terdiri dari Bangka Selatan 816 ha, Bangka Barat 598 ha , Bangka 366 ha dan Belitung 358 ha. Bateng yakin petani akan semakin sejahtera dengan PSR ini karena produktivitas naik dan harga sawit akan tetap bertahan.
Sedang masyarakat yang punya lahan terbatas memilih karet. Alasannya budidaya karet tidak perlu membangun infrastruktur yang mahal, perawatan tidak sulit dan bisa dilakukan sendiri baik perawatan maupun panen.
Alpian Arahman menyatakan APKASINDO Perjuangan hadir untuk membantu petani mandiri atau swadaya. Organisasi ini menjadi wadah untuk menyelesaiakan persoalan petani mandiri. Di Bangka Belitung sendiri saat ini sawit sedang booming, harga TBS di PKS mencapai Rp2100-2200/kg dan prospeknya kedepan semakin baik.
Saat ini perkembangan PSR di Bangka Belitung tidak pernah disampaikan ke APKASINDO Perjuangan. Alpian minta dinas/petani menyampaikan perkembangan dan masalah PSR sehingga bisa ikut membantu. Dana hibah BPDPKS Rp30 juta/ha sedang biaya pembangunan kebun Rp60 juta/ha. Kekuranganya bisa menggunakan kredit bank.
“Beberapa bank sudah kontak saya untuk menyediakan kredit dana pendamping. Beberapa kelompok tani sudah saya bantu membuat MoU dan beberapa sudah cair,” katanya.
Program APKASIDO Perjuangan kedepan adalah membangun 1.000 ha kebun kelapa sawit petani mandiri disetiap kabupaten. Dasarnya adalah perusahaan saat ini tidak mungkin lagi ekspansi karena terkena moratorium perizinan. Hanya petani yang bisa ekspansi.
Saat ini pengurus cabang Apkasindo perjuangan ada di 168 kabupaten sehingga total kebun yang akan dibangun 168.000 ha. Semua pembiayaan berasal dari kredit bank. Di Bangka Selatan sendiri sudah ada 379 ha yang siap bangun, kekurangannya sedang dicari. “Kalau sudah dibangun maka sumbangan petani pada produksi sawit nasional akan semakin besar,” katanya.
Gamal Nasir minta petani memanfaatkan PSR ini secara optimal. Selain itu petani perlu masuk ke industri jadi jangan hanya menghaslkan TBS saja tetapi CPO. APKASINDO PERJUANGAN perlu mengusulkan pembangunan PKS mini bagi petani. Selain itu Gamal membawa teknologi Agrodyke yang sudah banyak digunakan di Ghana , Pantai Gading tetapi dinegara asalanya sendiri masih kurang.
Dahlan Said, Dirut PT Dahlia Duta Utama menyatakan Agrodyke bisa berfungsi sebagai pupuk atau pengendali hama penyakit. Agrodyke bisa menggantikan kompos. “Petani perlu kompos 3-4 ton/ha sehingga ongkos pikulnya mahal. Petani Indonesia rata-rata berusia diatas 45 tahun sehingga mengaplikasi kompos 3-4 ton merupakan aktivitas yang luar biasa. Dengan Agrodyke cukup 2 kg/ha hasilnya sama malah lebih bagus. Dicirikan dengan tanah yang gembur dan ada cacingnya,” katanya.
Selain diaplikasikan ke tanah, Agrodyke juga disemprotkan ke tanaman. Dosisnya hanya 60 gr atau tiga sendok per-tangki semprot 20 liter. Pada kelapa sawit Agrodyke akan meningkatkan bunga betina dan meningkatkan produksi buah.