2016, 17 Desember
Share berita:

Volume minyak sawit Indonesia yang berhasil memperoleh sertifikasi berkelanjutan meningkat terus setiap tahun. Hal ini menjadi bukti sawit Indonesia makin berkelanjutan.

Bertepatan dengan Hari Perkebunan ke-59 tahun 2016, kebun-kebun sawit Indonesia yang menerima sertifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) bertambah 42 perusahaan. Sehingga jumlah perusahaan yang telah memperoleh sertifikasi ISPO menjadi 226 perusahaan dengan luas areal sekitar 1,4 juta hektar dengan produksi CPO sekitar 6,7 juta hektar. Sebelumnya sebagaimana laporan RSPO, minyak sawit Indonesia yang sudah memperoleh sertifikasi berkelanjutan dari RSPO tahun 2014 mencapai sekitar 5,4 juta ton CPO.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, volume CPO Indonesia yang memperoleh sertifikasi berkelanjutan baik dari ISPO maupun RSPO akan bertambah lagi. Mengingat saat ini saja masih banyak perkebunan sawit yang sedang proses finalisasi evaluasi. Bahkan Kementerian Pertanian menargetkan tahun 2020, sekitar 80 persen sawit Indonesia sudah mengantongi sertifikasi berkelanjutan.

Capaian tersebut tergolong cepat mengingat ISPO baru berlaku efektif tahun 2012 dan RSPO sudah ada terlebih dahulu yakni tahun 2008. Untuk tanaman perkebunan yang memiliki siklus produksi sekitar 25 tahun, capaian sertifikasi berkelanjutan tersebut tergolong cepat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa sesungguhnya kebun-kebun sawit yang ada selama ini telah on the right track berkelanjutan. Sehingga dengan perbaikan tata kelola yang sedikit saja sudah mampu memenuhi standar berkelanjutan yang telah ditetapkan.

Pertambahan jumlah perusahaan dan volume CPO yang memperoleh sertifikasi berkelanjutan tersebut menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit Indonesia merupakan barisan terdepan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara Internasional. Padahal dari ribuan bahkan jutaan produk dan jasa yang dihasilkan di seluruh dunia, hanya perkebunan sawit yang telah memiliki sistem dan sertifikasi tata kelola berkelanjutan. Produk lainnya masih belum memilikinya. Bahkan negara-negara yang selama ini sangat getol menyuarakan pembangunan berkelanjutan seperti negara-negara barat, juga belum memiliki sistem dan sertifikasi bekelanjutan baik keseluruahan produk maupun minyak nabatinya (kedelai, bunga matahari, rapeseed). Hanya NATO (No action Talk Only).

Baca Juga:  Gandeng Asosiasi Hilir Sawit, Forwatan Salurkan Bantuan

Peningkatan sertifikasi sawit Indonesia yang demikian juga membuktikan bahwa pandangan LSM dan sebagian ahli lingkungan baik di Indonesia maupun di luar negeri yang selama ini nyaring meragukan keberlanjutan kebun sawit Indonesia, terbantahkan dengan sendirinya.

Artinya, komitmen Indonesia untuk membuat perkebunan sawit berkelanjutan masih berlanjut terus. Sumber: indonesiakita.or.id/YIN