Samarinda, mediaperkebunan.id — Solidaridad bersama Jaringan Ketenagakerjaan Sawit Berkelanjutan (JAGASAWITAN), sebuah inisiatif bersama antara Jejaring Serikat Pekerja/Serikat Buruh Sawit Indonesia (JAPBUSI) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), menginisiasi sebuah sinergi multi-pihak. Sinergi ini bertujuan mendorong kesetaraan gender, perlindungan perempuan, dan praktik kerja inklusif di industri sawit.
Sinergi ini diimplementasikan melalui program POWERRR (Kesetaraan Perempuan dan Kelapa Sawit melalui Sumber Daya, Hak, dan Keterwakilan di Indonesia). Program ini menjadikan Kalimantan Timur, dengan fokus utama di Kabupaten Paser dan Kutai Timur, sebagai pilot project percontohan nasional. Keberhasilan model yang dikembangkan di sini diharapkan dapat menjadi cetak biru untuk transformasi praktik kerja yang lebih luas di industri sawit Indonesia.
Peluncuran program ini sangat relevan dengan momentum transformasi ekonomi Kalimantan Timur, yang menjadikan sektor sawit berkelanjutan sebagai salah satu pilar strategisnya. Di tengah upaya daerah memenuhi standar keberlanjutan global (RSPO) dan nasional (ISPO), isu sosial dan ketenagakerjaan, khususnya terkait posisi pekerja perempuan, masih menjadi tantangan serius. Program POWERRR hadir untuk menjawab tantangan tersebut, sekaligus memperkuat narasi positif industri sawit.
Program ini hadir untuk mengatasi tantangan mendesak di Kalimantan Timur, di mana sektor sawit masih menghadapi segregasi gender di pasar kerja. Perempuan, yang seringkali menjadi mayoritas pekerja harian lepas (BHL), tidak diakui secara formal sebagai ‘petani’. Akibatnya, mereka sulit mengakses kepemilikan lahan, serta menghadapi risiko kesehatan kerja (K3), upah tidak setara, dan kekerasan berbasis gender (GBV).
Yeni Fitriyanti, Country Manager Solidaridad Indonesia, menyatakan bahwa kolaborasi di Paser ini adalah momentum penting untuk beralih dari sekadar wacana menjadi aksi konkret.
“Kami memulai dari Kalimantan Timur, khususnya Paser, sebagai pilot untuk menciptakan model yang teruji. Fokus kami pada ‘3R’ (Resources, Rights, and Representation) bertujuan memastikan petani dan pekerja perempuan di rantai pasok kelapa sawit Kaltim memiliki akses setara terhadap sumber daya, hak-hak mereka di tempat kerja dilindungi, dan suara mereka terwakili dalam pengambilan keputusan,” ujar Yeni.
Yeni menambahkan, “Ini bukan hanya tentang keadilan sosial, tetapi juga tentang meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan industri sawit, yang terhubung langsung dengan pemenuhan standar ISPO dan RSPO. Model percontohan di Kaltim ini akan menjadi landasan untuk penguatan sawit berkelanjutan di seluruh Indonesia.”
Dukungan penuh juga datang dari mitra strategis. Sumarjono Saragih, Presidensi JAGASAWITAN yang juga Ketua GAPKI Bidang Pengembangan SDM, menegaskan bahwa meski industri sawit adalah pilar ekonomi penting, sektor ini tidak bisa menutup mata terhadap tantangan sosial.
“Kegiatan ini adalah langkah konkret untuk menyatukan pemahaman dan membangun sinergi. GAPKI terbuka dan aktif berkolaborasi dengan multipihak; termasuk dengan mitra terbaru kami, Solidaridad. Kami memulai inisiatif baru ini untuk memastikan adanya kesetaraan dan keadilan gender. Hak pekerja perempuan harus dipenuhi, dihormati, dan mereka terhindar dari kekerasan. Dengan cara itu, akan terwujud sawit Indonesia ramah perempuan yang merupakan indikator penting dalam sawit berkelanjutan,” tegas Sumarjono.
Pada sisi lain, Sumarjono menyatakan bahwa serikat pekerja bukan hanya mitra dialog sosial, tetapi juga aktor penggerak perubahan di tingkat kebun. “Kami berkomitmen untuk memastikan suara perempuan pekerja sawit dan perempuan petani sawit didengar dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kesejahteraan mereka,” ujarnya.
“Melalui program POWERRR, kami akan memperkuat kapasitas serikat di tingkat perusahaan agar dapat mengintegrasikan perspektif gender ke dalam perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan mekanisme perlindungan dari kekerasan dan pelecehan di tempat kerja.”
Peluncuran program ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan strategis, termasuk perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas PPPA), Dinas Tenaga Kerja, dan Dinas Perkebunan dari tingkat Provinsi Kaltim, Kabupaten Paser, dan Kutai Timur. Turut hadir pula perwakilan dari GAPKI, serikat pekerja F HUKATAN, 15 perusahaan kelapa sawit, serta organisasi masyarakat sipil.
Program POWERRR dirancang untuk menjangkau, memberi manfaat, dan memberdayakan secara langsung 3.500 perempuan di rantai pasok kelapa sawit Kalimantan Timur, dengan fokus khusus pada mereka yang berasal dari kelompok terpinggirkan. Target ini terbagi menjadi 1.500 petani perempuan dan 2.000 pekerja perempuan. Seluruh 3.500 perempuan ini akan menerima pelatihan literasi keuangan dari Syngenta, Solidaridad, dan anggota konsorsium POWERRR lainnya, seperti Perempuan Mahardika dan Pusat Studi Gender/PSG Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur. Selain itu, pelatihan khusus akan diberikan kepada masing-masing kelompok: 1.500 petani perempuan akan menerima pelatihan Good Agriculture Practices (GAP), sementara 2.000 pekerja perempuan akan mendapatkan pelatihan mengenai penggunaan bahan kimia yang aman, pengelolaan limbah, dan kebijakan perlindungan anak.

