Menanggapi serangan terhadap kelapa sawit Indonesia, terutama dari negara-negara Eropa, Agus Pakpahan, Ketua Badan Eksekutif Gapperindo (Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia) mengajak melihat dari pandangan lain yaitu belajar dari sejarah perang dunia 2. Setelah menang perang Amerika Serikat punya ide menghancurkan Jerman supaya tidak bangkit lagi. Maka pusat industri Jerman dihancurkan.
Tetapi pengaruhnya Inggris, Perancis ikut-ikutan susah gara-gara Jerman miskin. Karena itu rencana di rubah lewat Marshall Plan untuk membangun kembali Jerman dan negara-negara Eropa lain.
“Hal ini juga bisa kita lakukan untuk kelapa sawit. Kalau Eropa menghambat sawit sehingga Indonesia miskin maka lingkungan akan semakin rusak bukan semakin baik. Kita masuk pada European Believe yang menyatakan kalau harga sawit hancur maka permintaan lahan untuk sawit akan berkurang dan lingkungan membaik. Kita buktikan pernyataan ini salah,” katanya.
Di Jawa hal ini sudah terbukti. Ketika masyarakat sekitar hutan miskin maka hutan di Jawa pasti rusak. Karena itu lahir konsep Perhutan sosial. Tahun 1870 Prof Burman sudah menyatakan Jati Jawa akan lestari kalau masyarakat sekitar punya penghasilan.
“Kita harus promosikan kalau Indonesia miskin maka negara-negara Eropa juga akan ikut susah. Sama kalau kita lihat tetangga miskin kita juga ikut susah,” katanya.
Agus juga mengajak intropeksi kenapa sawit Indonesia yang diserang dan bukan Malaysia atau Thailand. “Mereka marah soal lingkungan, mari perbaiki lingkungan kita. Mereka marah atau tidak memang lingkungan harus diperbaiki,” katanya.