Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia, dan Tahun 2016, industri sawit Indonesia tetap menjadi andalan memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini menciptakan peluang bagi anak-anak muda yang ingin berbisnis di sektor jasa pendukung perkebunan kelapa sawit.
Konon volume ekspor CPO di tahun 2015 mencapai 32,5 juta ton dengan nilai ekspor tercatat mencapai 26,4 juta US Dollar. Hanya saja produktivitas kelapa sawit nasional masih relatif rendah. Hal ini yang menciptakan peluang bagi para pengusaha muda yang ingin berbisnis di bidang jasa pendukung perkebunan kelapa sawit.
Eko Darmawan, seorang pengusaha yang memilih berbisnis di bidang perkebunan, menyebutkan saat ini ada banyak jasa yang dapat menghasilkan pendapatan menggiurkan terkait perkebunan kelapa sawit. “Selama produktivitas perkebunan kelapa sawit nasional belum optimal maka akan menciptakan peluang bagi para entrepreneur di bidang kelapa sawit untuk memberikan layanan bagi perusahaan perkebunan atau pemilik kebun,” kata Eko.
Seperti halnya perusahaan yang ia kelola bersama sejumlah rekan-rekannya yang juga masih berusia muda, PT. Mitra Agro Servindo, saat ini muncul sebagai perusahaan konsultan yang telah menjadi mitra dari sejumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit luar dan negeri.
Perusahaan ini didirikan oleh para mantan karyawan di sejumlah perusahaan kelapa sawit yang ingin mencoba peruntungan menjadi entrepreneur. Melalui perusahaan ini kami menyediakan jasa berupa bimbing kultur teknis agronomi dan pabrik, pembangan sistem administrasi dan pelaporan di Perkebunan atau enterprise Resurces Planning (ERP) khusus untuk perkebunan yaitu I-Me+ (Integrated MAS Explorer Plus), uji laboratorium dan Pengolahan.
“Menurut data Geografis termasuk foto udara. Kami juga menyediakan layanan training, assessment dan pengembangan sumber daya manusia serta advisory pengelolaan dan penyediaan benih dan bibit unggul yang bekerjasama dengan produsen benih dalam negeri dan luar negeri”, jelas Eko yang Direktur Bisnis PT Mitra Agro Servindo.
Sementara terkait bisnis benih perusahaan anak-anak muda tersebut bekerjasama dengan perusahaan dalam dan luar negeri untuk dapat memasarkan benih unggul kepada perusahaan dan perkebunan rakyat. “Kami telah mengikat kerjasama dengan sebuah perusahaan asing untuk membangun kebun sumber benih 2 tahun mendatang, sehingga aktivitas tersebut selain menyediakan lebih banyak pilihan bagi pekebun, juga memperkaya kekayaan plasma nutfah kelapa sawit di Indonesia,” jelas Eko.
Menurut Eko menjadi sawitpreneur adalah sebuah pilihan bagi anak-anak muda yang selama ini masih cenderung menjadikan usaha properti dan investasi keuangan sebagai pilihan utama. Pasalnya uang yang beredar di perkebunan kelapa sawit cukup besar, di sisi lain perkebunan kelapa sawit masih menghadapi sejumlah permasalahan, mulai dari produktivitas yang rendah hingga larangan pemanfaatan lahan gambut atau hutan untuk pengembangan sawit. Sehingga upaya peningkatkan produksi hanya bisa dilakukan melalui intensifikasi.
Sayangnya belum banyak generasi muda yang menyedari dan mengetahui peluang di bidang jasa perkebunan kelapa sawit. Seminar terkait sawitpreneur juga belum sering diselenggarakan. Padahal modal yang diperlukan untuk menjadi sawitpreneur tidak terlalu besar khususnya bentuk usahanya adalah penyedia jasa bagi perkebunan kelapa sawit.
“Rahasia menjadi sawit preneur yang sukses adalah mampu melihat kebutuhan pekebun, lalu mampu membangun networking secara global. Adakalanya kita tidak perlu menciptakan teknologi baru namun cukup mendatangkan teknologi dari luar yang sudah teruji untuk kemudian dikembangkan di dalam negeri. Selain itu, munculnya berbagai masalah pada perkebunan kelapa sawit seringkali menciptakan peluang baru bagi para penyedia jasa perkebunan,” jelas Eko
Sementara itu Asmar Arsyad, Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo), mengapresiasi anak-anak muda yang tertarik berbisnis di bidang kelapa sawit. Pasalnya saat ini perkebunan khususnya kelapa sawit mulai ditinggalkan generasi muda dan menyisakan orang-orang tua di dalamnya. Padahal faktanya berbisnis di bidang komoditas penghasil CPO tersebut sangat menarik dan menguntungkan.
Melalui adanya spirit orang muda dalam pengembangan sawit diharapkan dapat mendongkrak daya saing kelapa sawit melalui inovasi, kreativitas serta aplikasi teknologi terkini khusunya di bidang IT.
“ Perkebunan kelapa sawit membutuhkan pikiran-pikiran yang out of box dari anak-anak muda untuk menciptakan perubahan wajah perkebunan kelapa sawit nasional”, jelas Asmar.
Selain itu, kata Asmar, “kehadiran para sawit preneur diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan di dalam negeri, serta, dapat mendorong perbaikan produktivitas serta citra kelapa sawit nasional.” YIN