2021, 25 Februari
Share berita:

JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Perusahaan agroteknologi Satelligence menjalin kemitraan dengan Sinar Mas Agribusiness and Food (SMART) setelah melalui masa percobaan selama tiga bulan. Kerja sama tersebut dibangun dalam rangka pemantauan risiko deforestasi secara hampir real-time di seluruh area konsesi dan rantai pasok minyak kelapa sawit SMART, yang meliputi seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan pengalaman terdahulu terkait pemantauan satelit terhadap perkebunan dan sebagian rantai pasoknya, Perusahaan memilih untuk mengonsolidasikan pemantauan pada satu sistem guna memberikan gambaran menyeluruh tentang dampak rantai pasok. Satelligence mengumpulkan informasi dari data aset rantai pasok, pemantauan satelit, dan sumber daya manusia dalam pemantauan risiko di lapangan.

Upaya SMART yang bertransformasi keberlanjutan dikukuhkan melalui Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (KSLG) yang memandu upaya mewujudkan keberlanjutan serta melaksanakan panduan dalam berkolaborasi dengan pemasok, petan kelapa sawit, dan pihak terkait lain untuk mewujudkan visi industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

Chief Operating Officer Sinar Mas Agribusiness and Food Tony Kettinger menjelaskan, pihaknya mewujudkan komitmen konservasi telah membawa hasil, dengan berkurangnya deforestasi yang terkait industri kelapa sawit.

Menurut Tony, pelanggan menginginkan adanya kepastian bahwa pemasok minyak sawit dapat mengidentifikasi dan bertindak cepat atas deforestasi yang terjadi di rantai pasoknya. “Teknologi Satelligence membantu kami memberikan jaminan tersebut melalui penggunaan sistem tunggal yang terpadu,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (25/2).

Teknologi Satelligence mampu mengatasi berbagai kendala dalam mengelola rantai pasok berkelanjutan, misalnya pembeli dan lembaga keuangan yang membebani pemasok, meningkatnya pelaporan yang sebelumnya kurang akurat, dan kekeliruan pemberitahuan mengenai terjadinya deforestasi dalam pemantauan.

CEO Satelligence Niels Wielaard mengatakan, pihaknya mewujudkan komoditas yang bebas deforestasi. Mayoritas pasokan minyak kelapa sawit dunia berasal dari Indonesia dan, karena itu, terwujudnya lingkungan yang lebih berkelanjutan bukan hal mustahil melalui kemitraan dengan dunia usaha seperti SMART.

Baca Juga:  DEWAN KOPI AKAN TINGKATKAN KEMITRAAN EKSPORTIR PETANI

“Dengan pemantauan risiko deforestasi yang lebih kredibel, hemat waktu, dan berbiaya ekonomis, kemitraan bersama ini dimaksudkan untuk menghapus kaitan antara praktik deforestasi dengan industri kelapa sawit di Indonesia,” jelas Wielaard. (YR)