2021, 2 Februari
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Hasil studi menunjukkan permintaan minyak nabati dunia akan terus tumbuh terutama di negara-negara berkembang, dan sawit paling punya peluang untuk mengisi. Sisi lain kritik terhadap sawit juga semakin gencar khususnya aspek sustainability , juga adanya persaingan yang tidak fair lewat kampanye hitam. Menghadapi situasi ini pada masa mendatang diplomasi ekonomi sawit harus diperbaiki, ditingkatkan, juga modelnya dirubah dengan memperbanyak public diplomasi. Bungaran Saragih, Guru Besar Agribisnis IPB University menyatakan hal ini pada JGC C.A.L.M Forum.

Karena itu diplomasi ekonomi sawit mendatang perlu terus memelihara dan mempertahankan daya saing dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas tanpa merusak lingkungan. Sawit bisa seperti sekarang karena diplomasi ekonomi yang merubah dari keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.

Image sawit harus terus diperbaiki, khususnya di negara-negara berkembang karena merupakan pasar yang paling besar. Amerika Serikat dan Eropa meskipun ribut terus tetapi permintaannya tetap tinggi. Ternyata yang ribut hanya kelompok kecil , sedang kelompok yang lebih besar justru membutuhkan sawit.

Image yang perlu diperbaiki adalah produk yang kualitasnya bagus dan kompetitif. Tunjukkan secara lambat laun dan pasti usaha perbaikan lingkungan dengan mengadopsi sustainability. ISPO harus terus diperbaiki kalau tidak maka akan jadi cemohan dan ejekan negara lain.

“Luas sertifikasi ISPO yang baru 30% menjadi bahan untuk melihat kekurangan ISPO. Punya sistim sustainability tetapi belum bisa mencapai seluruh pelaku industri. Masa sudah sekian tahun masih seperti itu. Pembuat kebijakan harus serius memperbaiki. Konsep absolut sustainability yang dipakai ISPO menjadi penyebabnya, kalau tidak memenuhi kriteria A misalnya langsung tidak sustainable. Harusnya konsepnya relatif sustainability dengan menunjukan sawit lebih baik dari kedelai misalnya, sawit sekarang lebih baik dari yang lalu dan kedepan akan lebih baik lagi. Prinsip dan kriteria ISPO yang salah dan ini pekerjaan rumah untuk diperbaiki,” katanya.

Baca Juga:  Pestisida Sarana Penting Perlindungan Tanaman

Kantor perwakilan diplomasi ekonomi di negara-negara pasar utama sawit harus ditingkatkan kemampuanya agar mampu menjadi fasilitator dan meningkatkan image sawit.

Perbaiki koordinasi dan komunikasi pelaku sawit yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, lsm, peneliti, petani, pengusaha. Perbedaan pendapat antar pelaku ini sering menjadi gemuruh yang dipakai pihak luar negeri untuk menyerang sawit. Kesulitan koordinasi pemda dengan pusat, mentan dengan men KLHK , menkeu dengan mentan dan men KLHK harus diatasi.

Koordinasi sulit karena data tidak tersedia. Data sawit harus diperbaiki. Pelaku diplomasi ekonomi sawit beda perpektif dan interest sehingga sering berbeda pendapat. Pengusaha, LSM , peneliti, petani sering tidak sepakat karena masalah data ini. Untuk mempertahankan posisi sawit dan mengembangkannya maka koordinasi dalam konsep Indonesia Incorporated sangat penting sekali.

Bentuk pusat koordinasi antar pelaku sawit yang punya otoritas kuat dan didukung think thank yang kuat juga. Indonesia punya banyak pusat studi sawit, organisasi, asosiasi tetapi sering tidak sepaham satu sama lain. Tetapi anehnya ditengah gemuruh seperti ini Indonesia masih tetap menjadi nomor satu.

Sawit masih bisa kompetitif dan laba yang dihasilkan lebih baik dibanding komoditas lain. Pusat koordinasi ini memperkuat diplomasi ekonomi sawit sehingga bisa mempertahankan posisi sekarang bahkan memberikan sumbangan lebih besar. Diplomasi sawit harus menjadi bagian dari diplomasi ekonomi politik Indonesia.
.