Medan, mediaperkebunan.id – Salah satu badan usaha milik negara (BUMN) bidang karya, PT Hutama Marga Waskita (Hamawas), akhirnya menuntaskan pembangunan ruas tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat atau sering disebut ruas tol KUTEPAT.
Dan berdasarkan keterangan resmi pihak HAMAWAS yang diperoleh Mediaperkebunan.id, Rabu (12/3/2025), salah satu seksi atau bagian yang dituntaskan dalam rangkaian ruas tol KUTEPAT itu adalah Seksi 2 ruas tol Kuala Tanjung – Indrapura sepanjang 10,15 kilometer (Km).
Selain untuk menunjang kelancaran transportasi arus mudik dan arus balik Natal 25 Desember 2024 dan Tahun Baru 1 Januari 2015, serta Ramadhan dan Idul Fitri 2025/1446 Hijriah, ruas tol KUTEPAT itu diyakini bisa menopang arus transportasi dan distribusi logistik, termasuk yang terkait dengan perkebunan kelapa sawit
Direktur Utama HAMAWAS, Dindin Solakhuddin, yakin ruas tol KUTEPAT adalah bagian dari pembangunan semesta Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang dimulai di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan mampu menghubungkan antardaerah di Pulau Sumatera.
Ruas tol KUTEPAT, ucap Dindin Solakhuddin, juga akan mempermudah
distribusi logistik karena menjadi pendukung konektivitas menuju Pelabuhan Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara.
“Dan juga di kawasan ekonomi khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, sehingga dapat meningkatkan perekonomian di Provinsi Sumatera Utara (Sumut),” tutur Dindin Solakhuddin lebih lanjut.
Sebagai informasi tambahan, PT Hutama Karya (Persero) bersama-sama dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan PT Waskita Toll Road sepakat untuk membentuk anak perusahaan untuk melaksanakan penugasan pembangunan jalan tol KUTEPAT.
Anak usaha itu diberi nama PT Hutama Marga Waskita, disingkat HAMAWAS, bertujuan mendukung penugasan Pemerintah dalam membangun salah satu ruas JTTS ruas KUTEPAT sepanjang 143,5 Km.
Sementara itu Wakil Ketua DPRD Sumut, Sutarto kepada para wartawan meyakini bahwa keberadaan jalan ruas tol KUTEPAT sangat penting dan strategis mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut.
“Ruas tol KUTEPAT ini menjadi penghubung Pelabuhan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangkei. Kita harapkan distribusi barang dan jasa lebih cepat,” kata Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumut ini.
Sutarto mengatakan, dengan kelancaran distribusi barang dan jasa dari pelabuhan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangkei, sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, dapat meningkatkan daya saing dan diharapkan memberikan efek positif bagi wilayah sekitarnya.
“Pelabuhan Kuala Tanjung dapat menjadi daya tarik dan mendorong terwujudnya kemajuan industri. Kita juga memaksimalkan selat Malaka, sehingga sangat efektif bagi industri, baik untuk ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tambahnya.
Dari sisi pariwisata, dia melihat ruas tol KUTEPAT akan menunjang destinasi wisata kelas dunia, yaitu Danau Toba yang menjadi kebanggaan Provinsi Sumut.
Namun di samping itu, ruas tol KUTEPAT ini juga bakal memudahkan pelaku usaha perkebunan, baik perusahaan maupun para petani, untuk mendistribusikan produk-produk perkebunan serta produk turunan perkebunan.
Tentu saja di dalamnya termasuk kelapa sawit dan karet yang banyak ditanam di sejumlah kabupaten di sekitar ruas tol KUTEPAT, seperti Simalungun, Batubara, Asahan, Serdang Bedagai (Sergai), Deli Serdang, Labuhanbatu induk, Labuhanbatu Utara (Labura), atau pun Labuhanbatu Selatan (Labusel).
Banyak perusahaan legendaris, bahkan yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda, memiliki perkebunan dan atau pabrik pengolahan kelapa sawit atau karet di berbagai kabupaten tersebut.
Seperti Holding PTPN milik BUMN, termasuk di dalamnya adalah PalmCo dan SupportingCo; PT PD Paya Pinang Group, PT Socfindo; Asian Agri Group;.
Selanjutnya, ada juga konglomerasi sawit Wilmar Group; Musim Mas Group, PT Sinar Mas Agribusiness and Food, perusahaan sawit milik konglomerat Batak DL Sitorus, PT Abdi Budi Mulia (ABM), dan lainnya.
Keberadaan ruas tol KUTEPAT juga diyakini bakal menggairahkan industri pengolahan perkebunan sawit dan karet yang ada di KEK Sei Mangkei.
Unilever Indonesia, sebuah perusahaan berskala global, dan Holding PTPN telah lama beroperasi dan menjalin kerjasama satu sama lain di KEK Sei Mangkei, termasuk dengan melibatkan para petani di sekitarnya.
Beberapa waktu lalu Holding PTPN pun telah menjalin kerjasama dengan investor asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk membangun pabrik sarung tangan berbahan karet dan lembaga pengkajian karet di KEK Sei Mangkei dengan nilai investasi ratusan miliar Rupiah
Keberadaan ruas tol KUTEPAT juga diyakini sekaligus mempermudah ekspor produk-produk turunan perkebunan sawit dan karet dari sekitar ruas tol KUTEPAT, ke berbagai negara dan meninggalkan ketergantungan terhadap Pelabuhan Belawan di kota Medan.