Benar, hanya dengan pembuktian secara ilmiah untuk meng-counter isu negatif kepada komoditas kelapa sawit yang sering dilontarkan oleh para Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengkerdilkan kelapa sawit.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur R&D PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk, Tony Liwang, dalam Diskusi Kelapa Sawit dengan tema ”Inovasi dan Teknologi Terkini Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit Secara Berkelanjutan,” di Jakarta, Rabu (17/6).
Bahkan menurut Tony, bahwa riset perkebunan sudah ada sejak jaman Belanda masuk ke Indonesia untuk membuka lahan perkebunan. Sehingga dalam hal ini memang tantangan yang dihadapi berubah dari jaman ke jaman.
Artinya dengan perkembangan industriy dan dunia usaha perkebunan yang semakin cepat maka sudah seharusnya riset di perkebunan perlu di petakan kembali. Jadi peta jalan (road map) riset yang ingin dilakukan harus jelas kemana arah dan tujuannya.
“Roadmap ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan, khususnya para peneliti, untuk menentukan target utama untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Misalnya, Komite Riset Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) yang telah menyusun Roadmap Riset Kelapa Sawit. Namun untuk melaksanankan roadmap tersebut tentu memerlukan infrastruktur dan SDM serta dana yang memadai,” papar Tony.
Selain itu, menurut Tony dengan memperkuat riset juga bisa melawan isu-isu negative yang dihembuskan oleh negara asing, salahsatunya pada kelapa sawit. Sebab semua isu atau opini harus ditanggapi sescara bijak melalui pemaparan data-data yang valid yang didasarkan pada hasil kajian ilmiah yang kompeten dan kredibel.
“Maka alangkahnya baiknya jika kajian ilmiah tersebut sebaiknya melibatkan beberapa peneliti yang berbeda latar belakang keilmuaannya dan institusinya, bahkan jika diperlukan dari luar negeri atau dari Negara yang merasa memerlukan data yang diperlukannya dalam menanggapi isu-isu tertentu,” ucap Tony.
Disisi lain, Tony mengakui, bahwa riset tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas tapi juga untuk menepis isu-isu negatif. Diantaranya yaitu beberapa NGO atau LSMyang mengatakan bahwa tanaman kelapa sawit boros air. Padahal menurut hasil riset bahwa jejak air atau water footprint untuk berbagai tanaman sudah banyak dipublikasi, termasuk water footprint Kelapa Sawit.
“Dari kajian-kajian water footprint tersebut secara nyata membuktikan bahwa sawit bukanlah tanaman yang rakus air, apalagi dibandingkan dengan tanaman komoditas lain. Memang ironis, KS dianggap tanaman rakus air, namun jika terjadi banjir mengapa KS juga dipersalahkan, demikian pula jika terjadi kekeringan maka KS juga yang dituding,” papar Tony.
Tidak hanya itu, Tony menjabarkan bahwa dibeberapa kajian juga disebutkan bahwa dampak Green House Gasses (GHG) terbesar, selain transportasi dan urbanisasi, justru dari peternakan. Kelapa sawit dalah tanaman tahunan yang tidak berbeda dengan pohon-pohon kehutanan lainnya.
Terbukti, beberapa pakar GHG mengakui bahwa carbon footprint, water footprint, dan lain-lain telah membahas pada berbagai pertemuan ilmiah, salah satunya pada International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) di Bali tahun yang lalu.
“Semua kajian para pakar tersebut telah melakukan kajian yang sangat komprehensif di berbagai tempat di dunia dan membuktikan bahwa sawit berkontribusi positif atas ekologi yang telah marginal,” tutur Tony.
Kemudian, lanjut Tony, beberapa pakar juga telah membuktikan bahwa minyak sawit juga adalah Trans-free fatty acid yang telah diakui oleh FAO dan USDA sehingga layak dikonsumsi, bahkan lebih baik dibandingkan dengan minyak nabati lain untuk penggunan minyak goring. Selain itu, minyak sawit mengandung kadar nutrisi yang sangat tinggi, misalnya Omega dan Karoten yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.
Melihat hal tersebut, maka diharapkan pemerintah bisa segera melaksanakan roadmap penelitian KS yang telah tersedia secara sistematis dan konsisten agar hasilnya dapat tercapai sesuai target waktu yang direncanakan.
“Artinya perlu research leadership and management yang akuntabel dan kredibel sehingga hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan secara langsung oleh semua pemangku kepentingan, khususnya para pekebun,” pungkas Tony. YIN