Banten, mediaperkebunan.id – Kelapa sawit terus membuktikan diri sebagai komoditas unggulan Indonesia yang mampu menggerakkan perekonomian nasional, dari petani kecil di akar rumput hingga industri besar berskala global. Hal ini ditegaskan oleh Dr. Puspo Edi Giriwono, Director of SEAFAST Center IPB University, dalam acara Workshop Jurnalis Promosi UKM Sawit “Kolaborasi Media dan Pelaku UKM Sawit untuk Indonesia Emas 2045” yang digelar oleh Majalah Sawit Indonesia.
“Kalau kita kuasai teknologinya, sawit bahkan bisa jadi bahan bakar roket. Sama-sama hidrokarbon seperti minyak bumi, tapi sawit bisa tumbuh egaliter dari bawah,” ujar Puspo.
Puspo menekankan bahwa kelapa sawit jauh lebih produktif dibandingkan sumber minyak nabati lainnya seperti kedelai dan bunga matahari. Untuk menghasilkan 225 juta ton minyak nabati bagi kebutuhan global, sawit hanya membutuhkan seperempat luas lahan yang diperlukan oleh tanaman lain.
“Indonesia bisa memenuhi kebutuhan dunia hanya dengan satu pulau besar,” tambahnya.
Lebih dari sekadar minyak goreng, sawit kini menjadi bahan baku strategis untuk berbagai produk industri modern mulai dari avtur, tinta, plastik ramah lingkungan, sabun, lilin aromaterapi, hingga skincare premium.
Riset SEAFAST Center IPB juga menemukan bahwa minyak sawit merah (red palm oil) berpotensi besar untuk meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat.Minyak sawit merah bahkan disebut berperan dalam mencegah stunting dan meningkatkan fungsi kognitif anak, menjadikannya bahan pangan fungsional yang bernilai tinggi.
“Di Nigeria, kasus kekurangan vitamin A rendah karena masyarakat mengonsumsi sawit merah. Kandungan vitamin A dan E di dalamnya sangat tinggi,” jelas Puspo.
Menurut Puspo, tantangan terbesar pengembangan industri sawit saat ini bukan pada kemampuan produksi melainkan pada mindset dan strategi branding. Banyak UMKM sawit Indonesia yang masih berfokus pada produk mentah, padahal peluang pasar untuk produk turunan bernilai tambah sangat besar.
“UMKM kita harus berani naik kelas, bukan hanya jadi pengrajin lokal,” tegasnya.
Puspo menutup paparannya dengan menegaskan bahwa sawit bukan sekadar komoditas ekspor, tetapi sumber inovasi dan kesejahteraan nasional. Dengan riset berkelanjutan dan penerapan teknologi tepat guna, sawit dapat menjadi pilar utama menuju Indonesia Emas 2045.
“Kalau sawit diolah dengan inovasi, maka nilainya bisa berlipat-lipat. Sawit adalah energi, pangan, dan masa depan bangsa,” pungkasnya.

