Bogor, Perkebunannews – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengakui bahwa riset dan teknologi turut menopang ketahanan pangan. Atas dasar itulah maka pihaknya komit dalam mendorong riset dan teknologi pertanian.
“Oleh karena itu, para peneliti akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menemukan hasil riset baru, varietas baru dan cara bertani baru yang bisa lebih efektif dan efisien. Bahkan mampu menopang kebutuhan pangan industri yang bergerak di bidang pertanian,” kata Syahrul saat di Bogor .
Lebih lanjut, menurut Syahrul, ini sangat penting dan tentu akan memberikan kontribusi kuat untuk hadirnya petani menghasilkan pangan berkualitas. Indonesia ini bisa hebat kalau risetnya bagus.
Terlebih, saat ini Presiden RI, Joko Widodo, menandatangani UU SISNAS IPTEK pada tanggal 13 Agustus 2019, disertai pula dengan terbentuknya Kementerian Riset/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pembentukan BRIN bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program penelitian nasional, termasuk bidang pertanian.
Sehingga Badan Litbang Pertanian, tentu tidak akan terlepas dari perubahan kebijakan tersebut. Para peneliti masa pensiunnya 60 menjadi 65 tahun untuk Peneliti Madya dan dari 65 menjadi 70 tahun untuk Peneliti Utama.
“Ini merupakan bagian dari upaya kita untuk meningkatkan profesionalisme peneliti. Akumulasi pemikiran dari para Profesor Riset Kementerian Pertanian selama ini, telah turut mewarnai perencanaan program dan kebijakan pembangunan pertanian, dan peran tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang,”ucap Syahrul. YIN