Tangsel, mediaperkebunan.id – Mulai 2025 hingga 2029, perkebunan kelapa sawit dan berbagai produk turunannya, serta kopi dan kakao masuk dan menjadi andalan dalam rencana pembangunan lima tahun (repelita) Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Repelita Bappebti tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat perdagangan berjangka komoditi (PBK) sebagai instrumen penguatan perdagangan komoditas unggulan Indonesia melalui pembentukan harga acuan.
Kepala Bappebti, Tirta Karma Senjaya, seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari laman resmi, Senin (27/1/2025), mengatakan hal itu karena menilai tahun 2025 ini akan menjadi tahun yang tidak mudah dan penuh tantangan.
“Untuk itu, Bappebti berkomitmen terus meningkatkan kinerja di setiap sektor terkait.Komitmen ini menjadi langkah strategis Bappebti dalam menghadapi berbagai tantangan perdagangan,” ucap Tirta,
“Baik di tataran global maupun dalam negeri dengan capaian kinerja 2024 sebagai bahan refleksi dan pijakan,” tutur Tirta lebih lanjut.
Fokus kerja dalam penguatan PBK tersebut, ungkap Tirta, menjadi sangat dimungkinkan setelah terjadi peralihan kewenangan pengaturan dan pengawasan aset kripto dan derivatif keuangan dari Bappebti.
Terutama, kata dia, ke pihak Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (IAKD), Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto.
Selanjutnya, Derivatif Keuangan, Indeks Saham dan Single Stock dari Bappebti ke OJK Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif (PMDK), dan Bursa Karbon.
“Serta derivatif pasar uang dan pasar valuta asing (PUVA) atau Forex dari Bappebti ke Bank Indonesia (BI),” ungkap Tirta.
Hal ini, ucap Tirta Karma Senjaya, membuat rencana strategis Bappebti untuk 5 tahun ke depan harus dilakukan sedikit refresh atau penyegaran dan fokus pada penguatan perdagangan berbasis komoditas transaksi multilateral.
Khususnya, sambung Tirta Karma Senjaya, dalam proses transaksi PBK antara lain timah, minyak sawit mentah atau rude palm oil (CPO), emas, kopi, kakao, dan olein yang juga merupakan produk turunan kelapa sawit.
“Sebagai evaluasi, capaian kinerja PBK tersebut memang masih didominasi transaksi bilateral, sehingga perlu terus didorong penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan Indonesia,” ujar Tirta.
“Seperti CPO, olein, kopi, kakao dan pengembangan komoditas yang berpotensi dalam kontrak berjangka, antara lain nikel, karet, dan renewable energy certificates (RECs),” lanjut Tirta Karma Senjaya lagi.
Menurut Tirta, Bappebti juga berkomitmen menyukseskan arahan Presiden RI untuk program swasembada pangan, swasembada energi, dan hilirisasi, termasuk untuk komoditas perkebunan.