JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggenjot program peningkatan produksi kakao melalui gerakan peningkatan produksi , nilai tambah dan daya saing (Grasida). Realisasi pendanaan melalui program kredit usaha rakyat (KUR) untuk komoditi kakao kini mencapai Rp 216,56 miliar dengan jumlah sebanyak 8.335 debitur.
Hal tersebut disampaikan Direktur Tanaman Tahun dan Penyegar, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan, Heru Tri Widarto di Jakarta, beberapa waktu lalu. “Sedangkan realisasi program KUR untuk sektor perkebunan telah terserap Rp 10,14 triliun dengan jumlah sebanyak 254.386 debitur,” ujarnya.
Kakao merupakan tujuh komoditas prioritas yang masuk dalam Grasida. Produksi kakao akan ditargetkan mencapai 970,83 ribu ton pada 2024 mendatang. Sedangkan pada 2019 produksi kakao sebesar 596,50 ribu ton.
Nilai devisa komoditas kakao dalam satu dekade terakhir terus menurun. Hal ini karena ekspor kakao Indonesia berubah dari dominan biji menjadi olahan. Pada 2010 nilai devisa kakao mencapai 1,47 juta USD dollar, sedangkan pada 2019 hanya 422 ribu USD dollar.
Kementan pun siap memproduksi benih kakao sebanyak 1 juta batang tahun 2021 yang akan ditanam di semua sentra kakao seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua. Karena kebutuhan biji kakao dalam negeri dirasa masih kurang.
Dalam kesempatan lain, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, siap memenuhi kebutuhan industri yang semakin meningkat. “Kita siapkan kelompok tani dan lahannya. Kalau Kemenperin siap bawa industri mana saja yang perlu biji, kita bawa semua kelompok tani untuk tandatangan MoU. Dalam 2,5 tahun hasilnya sudah kelihatan,” ujarnya. (YR)