2022, 15 Maret
Share berita:

Jakarta, Mediaperkebunan.id

Togar Sitanggang, GM Corporate Affair Musim Mas, Wakil Ketua Umum III (Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan) GAPKI, yakin memasuki bulan Ramadhan minyak goreng akan bertebaran dimana-mana. Kelangkaan yang terjadi sekarang karena panic buying saja.

Hal ini terjadi karena minyak goreng yang harganya Rp40.000 /2 liter dengan kebijakan DMP/DPO jadi Rp28.000. Terjadi panic buying masyarakat membeli minyak melebihi kebutuhannya sehingga ketika sampai di mini market langsung habis. Produsen butuh waktu 2-3 hari untuk mengisi kembali.

“Psikologi masyarakat yang bermain. Meskipun di rumah sudah ada minyak goreng ketika pasokan datang ke minimarket langsung beli lagi. Rumah tangga yang biasanya hanya ada 2 liter minyak goreng sekarang dirumah ada persediaan 4-6 liter. Padahal minyak goreng yang tersedia di pasar sudah melebihi 1,5 kali konsumsi perbulan tetapi karena permintaan naik tiga kali lipat maka tetap saja langka,” katanya.

Diakui ada beberapa merek minyak goreng yang selama ini kehadirannya sangat significant di mini market sekarang menghilang. Akibatnya sekarang diisi oleh merek-merek yang selama ini kehadirannya di mini market tidak siginificant.

“Karena itu saya minta masyarakat tidak panic buying. Kami gelontorkan minyak ke pasar bukan ke mini market saja. Memasuki ramadhan minyak-minyak yang selama ini disimpan akan digunakan,” katanya.

Togar dengan tegas menyatakan produsen tidak mengutamakan ekspor, apalagi sekarang pengiriman ekspor masih terkendala. Ekspor Januari biasanya rendah, Pebruari yang bisanya naik masih rendah, Maret juga diperkirakan masih rendah.

Saat ini kelangkaan minyak goreng bukan saja terjadi di Indonesia tetapi di dunia. Ukraina yang memasok 30% minyak bunga matahari karena perang sekarang tidak lagi memasok pasar. Dunia mencari pengganti yaitu minyak sawit dari Indonesia, tetapi sampai sekarang belum banyak keluar.

Baca Juga:  PSR Solusi Mendongkrak Harga

Saat ini stok minyak goreng dalam negeri tinggi tetapi tersimpan di rumah tangga dan distributor. Tingkah laku opportunis dengan melakukan penimbunan juga ikut berperan. “Kita lihat marketplace di situs-situs belanja. Banyak toko dadakan yang menjual minyak goreng dengan harga diatas HET. Darimana mereka mendapatkannya. Saat ini kami dengan Kemendag sedang memantau” katanya.

Kemasan bantal dan kemasan sederhana yang selama ini hanya ada di pasar tradisional sudah masuk ke mini market. Perusahaan packing minyak goreng di Jawa yang selama ini membeli minyak goreng curah dan hanya di jual di Jawa saja sekarang sudah bermunculan di pasar seluruh Indonesia.

“Sekali lagi saya tekankan stop panic buying. Produsen dan Kemendag sudah bekerja 24 jam untuk mengatasinya. Jam 1 atau jam 2 malam sudah biasa kita koordinasi untuk mengatasinya. Minyak goreng stocknya cukup, kelangkaan adalah anomali yang kita ciptakan sendiri,” kata Togar lagi.