Jakarta, Mediaperkebunan.id
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi maka diperlukan penguatan sektor on farm dan off farm. Melaiui intensifikasi dan peremajaan maka produktivitas dan hasil meningkat sehingga pendapatan petani meningkat. Agung Wahyu Susilo, Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara menyatakan hal ini dalam Webinar Nasional : “Pengembangan Standar Pendapatan Penghidupan Usaha Tani Kopi Dalam Kerjasama ICO : Angkat Kesejahteraan Petani Untuk Pacu Ekspor” yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan.
Petani perlu mendapat dukungan pendanaan untuk input produksi dan pelatihan SDM. Pendanaan bisa berasal dari pemerintah, swasta atau perbankan. Untuk intensifikasi bantuan selama 2 tahun dan peremajaan/tanaman baru bantuan 4 tahun. Setelah itu ada kebijakan berbasis pengembangan berbasis kluster kawasan kopi dan penguatan kelembagaan petani.
Untuk kopi robusta, intensifikasi layak secara ekonomi dan finansial. Intensifikasi kopi Robusta meningkatkan pendapatan petani menjadi Rp21,19 juta/ha/tahun. Pendapatan ini belum termasuk pendapatan dari tanaman tumpang sari.
Sedang perluasan kopi arabika layak secara ekonomi dan finansial. Perluasan kopi arabika meningkatkan pendapatan petani menjadi Rp41,98 juta/ha/tahun, belum termasuk dari tanaman tumpang sari.
Puslitkoka juga melalui Motramed sudah mendampingi petani dalam peningkatan mutu dan pemasaran . Motramed merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia petani kopi. Merupakan pendampingan peningkatan mutu dan pemasaran kopi ditingkat kelompok tani. Kemitraan eksportir dengan kelompok tani sudah cukup kuat. Pada motramed, Puslitkoka sebagai mediator memberikan supervisi dan konsultasi.
Upaya yang dilakukan adalah peningkatan mutu fisik dan citarasa kopi dengan merubah kebiasaan panen racut dan olah kering menjadi menjadi panen merah dan olah basah. Tolok ukurnya adalah proporsi biji kecil yang olah kering tinggi 12,9-28,2% menjadi rendah 7,7-14,5%; mutu fisik kopi yang dihasilkan petani dari mutu 3-6 (sedang-rendah) menjadi mutu 1-2 (tinggi); mutu citarasa (hasil uji cita rasa di laboratorium Puslitkoka dan CIRAD) dari tidak baik-kurang baik menjadi baik-sangat baik; cacat rasa utama yang ditemukan dari banyak menjadi sangat sedikit (hampir tidak ada); kadar air dari tinggi (14-18%) rendah (11,5-13%).
Success story Motramed selama ini di Jember (Panti, Silo dan Garahan), 1996-2010; Bali (Kintamani 2001; Flores (Bajawa, Manggarai dan Manggarai Timuri 2003; Bondowoso dan Situbindo 2010; Sumatera Selatan (Semendo) 2017.
Puslitkoka juga melakukan pelatihan dan pendampingan seperti sekolah lapang dan pelatihan gender petani kopi yaitu pemberdayaan perempuan, inovasi pertanian dan adaptasi perubahan iklim di Tana Toraja Pebruari lalu.
Puslikoka punya pusat pelatihan dengan nama ICCRI TC. Tahun 2018 untuk pelatihan kopi yang paling besar minatnya adalah budidaya pengolahan kopi diikuti perbenihan kopi dan kakao, kemudian uji citara rasa kopi. Peserta pelatihan 58% berasal dari pemerintah, 33 % swasta, 8% personal dan 5% PT/sekolah.
Tahun 2019 terbesar masih budidaya pengolahan kopi, kemudian uji cita rasa kopi dan coffee roasting and blending. Peserta pelatihan 38% personal, 32% swasta, 27% pemerintah dan PT/sekolah 3%.
Sedang tahun 2020 materi pelatihan yang paling diminati adalah uji cita rasa kopi, kemudian manajemen kafe, barista dan coffe brewing. Peserta 60% personal, 24% swasta, 13% pemerintah dan PT/sekolah 3%.
Puslitkoka juga memiliki Coffe and Cocoa Science Technopark yang mengembangkan technoprenuer berbasis hilir produk hilir kopi. Sejak awal 2000 Puslitkoka telah mendorong kelompok tani untuk mengembangkan produk hilir kopi dan dipasarkan secara lokal di Jember, Bondowoso, Situbondo, Kintamani dan Flores.
.