Aktivitas penelitian tidak boleh bertengger pada capaian atau besaran statistik semata, namun harus diikuti dengan signifikansinya terhadap sosial ekonomi masyarakat. Tantangan pertanian semakin berat karena permintaan meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk sedang disisi lain terjadi perubahan iklim, ketersediaan lahan yang semakin terbatas dan degradasi lahan. Muhammad Syakir, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menyatakan hal ini.
Untuk mengatasi hal tersebut salah satu pendekatan yang paling efektif adalah penyediaan varietas-varietas baru yang mampu berproduksi tinggi ditengah cuaca ekstrim, tekanan cekaman biotik maupun abiotik, serta memiliki keragaan mutu yang sesuai dengan perubahan preferensi konsumen.
Karena itu Balitbangtan melakukan kegiatan pengembangan varietas dengan menggunakan berbagai pendekatan baik secara konvensional maupun non konvensional.
Tebu merupakan salah satu komoditas yang ditargetkan swasembada gula konsumsi tahun 2019.
Permasalahan yang dihadapi adalah berbagai varietas bina yang sudah digunakan baik oleh masyarakat petani maupun industri telah mengalami degenerasi genetik sehingga produktivitas dan rendemennya menurun. Disamping itu dengan adanya perubahan iklim global yang ekstrim berdampak terhadap penurunan produktivitas tebu yang drastis sehingga pelambatan proses penyediaan varietas unggul baru yang adaptif terhadap anomali iklim dan lahan sub optimal dapat menyebabkan ketertinggalan dalam daya saing pada tingkat global dan tidak tercapainya kedaulatan pangan.
Fadjri Djufry, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan menyatakan pihaknya sudah melakukan kegiatan penelitian perakitan varietas unggul tebu baru untuk mengantisipasi adanya anomali iklim dengan menggunakan teknologi kultur in vitro dikombinasikan dengan mutagen baik fisik (iradiasi sinar gamma) maupun kimiawi. Teknologi keragaman somaklonal dan mutagenesis in vitro merupakan salah satu teknik kultur in vitro yang banyak digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman secara non konvensional dan terbukti telah banyak dihasilkan varietas-varietas baru yang mempunyai karakter-karakter unggul khususnya untuk peningkatan produktivitas tanaman serta toleransi terhadap cekaman abiotik.
Melalui kegiatan tersebut telah dihasilkan 300 galur mutan somaklon hasil keragaman somaklonal dan mutagenesis in vitro. Seleksi awal terhadap galur-galur tersebut dilakukan pada kondisi iklim basah dan terseleksi 150 galur yang mempunyai potensi produktivitas dan nilai kandungan padatan terlarut (brix) tinggi. Selanjutnya melalui proses seleksi berikutnya diperoleh 50 galur mutan somaklon potensial yang kemudian diuji lebih lanjut melalui Uji Daya Hasil Pendahuluan (UDHP).
Data rendemen tebu pada UDHP menunjukkan bahwa rendemen dari galur-galur mutan somaklon ada yang mencapai diatas 11%, sedangkan kontrol BL 9.45% dan PS 864 9.35%. Dari hasil UDHP terseleksi 15 galur mutan somaklon yang mempunyai potensi produktitivitas dan rendemen tinggi. Kelima belas galur tersebut pada pengujian tahun 2015 terpapar cekaman kekeringan dalam periode yang cukup panjang (April sampai Oktober 2015), sebaliknya pada tahun 2016 terpapar musim hujan yang berkepanjangan, namun demikian galur-galur tersebut tetap dapat berproduksi baik pada kedua kondisi musim tersebut.
Pada tahun 2016 kelima belas galur tersebut masuk tahapan Uji Multilokasi yang dilakukan di tiga Pabrik Gula (PG) lingkup PTPN X, yaitu di PG Watoetoelis (Sidoarjo), PG. Gempolkrep (Mojokerto) dan Puslit Gula Jengkol (Kediri). Dari kegiatan tersebut diperoleh 6 galur harapan dengan potensi produktivitas diatas 120 ton/ha sedangkan tanaman kontrol produktivitas nya 100 ton/ha.
Uji Multilokasi tahun kedua (2017) dilakukan di lokasi yang sama dan ke-6 galur tersebut menunjukkan hasil yang stabil serta keragaan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman kontrol dan galur-galur mutan somaklon lainnya.
Dari enam galur yang terseleksi pada kondisi musim yang berbeda (musim kering yang ekstrim pada tahun 2015 dan musim hujan berkepanjangan pada tahun 2016) memberikan hasil baik produktivitas maupun rendemen yang stabil dan lebih tinggi dari tanaman kontrol. Diharapkan karakter tersebut akan tetap stabil dan diturunkan pada generasi berikutnya sehingga galur-galur tersebut potensial untuk dikembangkang lebih lanjut menjadi varietas unggul baru (VUB) tebu yang bersifat “amphibi”.
Sebagai tindak lanjut, Balitbangtan menandatangani nota kesepahaman PTPN X. PTPN X dan Balitbangtan akan bersama-sama mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan alih teknologi serta merancang konsep program dan kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan tanaman tebu dan industri gula nasional. serta menghasilkan varietas-varietas tebu unggul yang mempunyai produktivitas tinggi dan penemuan teknologi budidaya tebu yang efektif dan efisien.
“Budidaya tebu yang lebih efisien dan efektif membuat pencapaian target swasembada secara kualitas dan kuantitas sangat mungkin untuk diwujudkan,” ungkap Dwi Satriyo Annurogo, Direktur Utama PTPN X.