2017, 25 Agustus
Share berita:

Perkebunan kopi, kakao dan rempah-rempah di Indonesia saat ini lebih dari 90% merupakan perkebunan rakyat. Salah satu permasalahan utama perkebunan rakyat adalah benih umumnya asalan. Hal ini menyebabkan produktivitas rendah dan sulit ditingkatkan, jenis produksi beragam, relatif rentan terhadap serangan OPT dan umur berproduksi lama.

Saat ini Kementerian Pertanian sedang berupaya mengembalikan kejayaan rempah-rempah dan komoditas perkebunan dengan tahun perbenihan 2018 juga APBNP tahun 2017. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ke depan akan mendorong berkembangnya benih-benih unggul atau benih unggul lokal yang tentu saja lebih unggul dari sisi produksi, cita rasa dan ketahanan terhadap serangan OPT.

“Benih-benih unggul tersebut merupakan hasil penelitian para ahli pemuliaan di Puslitbangbun. Untuk penyediaan benih, selain diperbanyak di kebun induk yang telah dibangun Puslitbangbun, juga akan dilakukan di lokasi rencana pengembangan, dengan membimbing dinas terkait dan kelompok tani di wilayah itu,” kata Fadry Djufry, Kepala Puslitbangbun pada Perkebunannews.com.

Perbenihan rempah-rempah, Puslitbangbun menyiapkan benih semua varietas unggul tanaman rempah yaitu pala (Ternate 1, Tidore 1, Tobelo 1, Banda dan Makian); lada (Natar 1, Natar 2, Petaling 1, Petaling 2, Bengkayang, Chunuk, Malonan, Ciinten, LDK); cengkeh (Zanzibar karo, Zanzibar gorontalo, Tuni Bursel, Afo) dan kayu manis. Sedang untuk pengembangannya disiapkan teknologi budidaya, pasca panen dan pengendalian OPT serta menyusun kebijakan untuk mendukung pengembangan tanaman rempah.

Sedang untuk kopi dan kakao program Puslitbangbun dalam menghasilkan benih unggul melalui penyilangan tetua unggul, kultur jaringan dan seleksi tanaman unggul, bekerjasama dengan pemda penghasil kopi dan kakao.

Untuk mendukung tahun perbenihan akan diperbanyak kopi arabika varietas S 795, Sigarar Utang, Gayo 1, Gayo 2 dan Kopyol Bali. Kopi arabika S 795 potensi produksi biji kering adalah 1.000 – 1,500 kg/ha dan relatif tahan terhadap penyakit karat daun. Sigarar Utang, Gayo 1, Gayo 2 dan Kopyol Bali potensi produksi biji kering 2.500 kg/ha dan relatif tahan terhadap karat daun, nematoda dan penggerek buah kopi.

Baca Juga:  Semakin Dinikmati, Kopi Indonesia Juga Bisa Menjadi Karya Seni

Sedang untuk dataran rendah disiapkan benih kopi robusta klon BP 534, BP 42, BP 939, SA 237, BP 308 dan lain-lain. Kopi robusta selain unggul dalam cita rasa juga unggul dalam produksi yaitu menghasilkan biji kering sampai 2.800 kg/ha, relatif tahan terhadap karat daun dan nematode (BP 308).

Sedang kakao unggul yang akan diperbanyak adalah klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, MCC 01, MCC O2 dan BL 50. Klon Sulawesi 1 dan 2 bisa dikembangkan sampai ketinggian 900 m dpl, produki 2.700 kg/ha; sedang MCC 01 dan 02 lebih sesuai untuk daerah dengan ketinggian 300 m dpl dengan potensi produksi lebih tinggi yaitu 3.600 kg/ha. Varietas-varietas ini cukup tahan terhadap VSD dan penggerek buah kakao. Khusus MCC 01 dan 02 juga tahan terhadap penyakit busuk buah.