Saat ini kebutuhan gula nasional sangat besar yaitu 6,29 juta ton terdiri 3,08 juta ton untuk konsumsi dan 3,21 juta ton untuk industri. Sedang produksi 2017 hanya 2,09 juta ton terdiri 1.133 juta ton BUMN dan swasta 954.000 ton. Akibatnya Indonesia mengimpor gula mentah untuk diolah jadi GKP. Sekitar 61% produksi GKP berasal dari PG rafinasi yang bahan bakunya impor.
Menghadapi situasi ini, PTPN 3 holding membuat rencana pengembangan dalam lima tahun adalah peningkatan luas tanam dari 229 ribu ha tahun 2017 menjadi menjadi 341,1 ribu tahun 2020. Tebu digiling dari 15,7 juta ton menjadi 29,5 juta ton. Produktivitas tebu dari 68,6 ton/ha menjadi 86,8 ton. Rendemen dari 7,22% menjadi 8,96%. Produksi gula dari 1,14 juta ton menjadi 2,84 juta ton. Kapasitas terpasang dari 162.568 TCD menjadi 212.700 TCD. Aris Toharisman dari PTPN 3 Holding menyatakan hal ini.
Tahun 2018 ditargetkan luas lahan PTPN 200.236 ha terdiri dari tebu sendiri 60.892 ha dan tebu rakyat 139.344 ha. Penambahan areal sendiri terdiri dari penambahan HGU termasuk konversi tanaman, kerjasama dengan Perhutani/inhutani dan sewa lahan atau KSO.
PTPN akan melakukan penataan varietas sesuai tipologi wilayah, penggunaan varietas tebu unggul baru, peningkatan produktivitas melalui replanting dengan penggunaan benih sehat dan bermutu.
Strategi penyediaan benih adalah menghasilkan benih berkualitas lewat P3GI, Puslit Djengkol dan Puslit Sukosari. Sinkronisasi varietas unggul baru harapan dengan pertukaran benih antar PTPN dan uji adaptasi dan multilokasi.
Introduksi benih dengan pengembangan varietas hasil hasil introduksi benih unggul dari luar negeri yang memiliki potensi produksi dan produktivitas gula tinggi serta tahan terhadap hama penyakit. Pengembangan kebun benih dilakukan dengan masing-masing PTPN yang memliki HGU untuk mengembangkan kebun benih. Sedang bagi yang tidak punya HGU bisa melakukan Kerjasama operasi dengan petani tebu rakyat membangun kebun benih.
Masalah dari penyedian benih tebu di Indonesia adalah terbatasnya ketersediaan benih sehat dari varietas unggul, stabilitas produktivitas dari PC sampai ratoon, preferensi petani terhadap varietas tebu, harga benih relatif mahal. Dukungan program bongkar ratoon dengan benih unggul masih kurang.