2019, 23 Oktober
Share berita:

BEKASI, Perkebunannews.com – PT Unggul Widya Teknologi Lestari tetap optimis pospek kelapa sawit ke depan meski harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) masih jauh dari harapan. Demikian juga ancaman Uni Eropa terhadap CPO.

“Kami tetap optimis kelapa sawit masih punya prospek walau pun harga CPO masih jauh dari harapan. Saya pikir ini masalah siklus 10 tahun yang biasa dihadapi sawit,” ujar Direktur Utama PT Unggul Widya Teknologi Lestari Tjokro Putro Wibowo di Bekasi, beberapa waktu lalu.

Menurut Tjokro, ancaman Uni Eropa yang akan melarang produk sawit tidak berpengaruh terhadap ekspor sawit Indonesia. “Sampai sekarang walau mereka (Uni Eropa-Red) mengancam melarang produk sawit, ekspor masih tetap dan tidak berkurang. Mereka cuma mau menekan harga CPO supaya murah saja,” jelasnya.

Tjokro menyebutkan, produksi CPO perusahaannya hingga saat ini (September 2019) mencapai 86.000 ton. Diperkirakan selama Oktober hingga Desember 2019 produksi CPO sebesar 34.000 ton, sehingga total produksi CPO 2019 akan mencapai 120.000 ton.

Tjokro mengatakan, produksi CPO pada 2019 ini terjadi penurunan jika dibandingkan dengan produksi tahun 2018 dan 2017. Pada 2018 produksi CPO PT Unggul mencapai 126.000 ton, sedangkan pada 2017 sebesar 124.000 ton.

Menurut Tjokro, penurunan produksi CPO PT Unggul disebabkan cuaca ekstrim yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia. “Memang cuaca ekstrim, kemarau panjang yang melanda Indonesia membuat produksi Tandan Buah Segar (TBS) sawit menurun,” ujarnya.

Tjokro mengatakan, industri kelapa sawit mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Mamuju Utara. Bahkan kehadiran industri sawit di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) telah mengubah status daerah tertinggal menjadi berkembang maju.

“Sekarang ini Mamuju Utara menjadi daerah terbesar penghasil kelapa sawit di Sulbar. Produksi TBS mencapai 514,8 ribu ton pada 2016,” ungkap Tjokro. (YR)

Baca Juga:  Emisi Karbon Eropa dan Resolusi Sawit