Tahun 2015 realisasi penjualan kecambah PT Socfin Indonesia (Socfindo) mencapai 22 juta butir kecambah. Sedang tahun ini kalau bisa mencapai 15 – 20 juta butir saja sudah sangat bagus. Andi Suwignyo, General Manager PT Socfindo menyatakan hal ini kepada Media Perkebunan.
Perusahaan perkebunan banyak yang menjadwalkan kembali order yang sudah dibuat. “Padahal mereka sudah membayar uang muka tetapi pengirimannya minta ditunda karena perusahaan juga menunda ekspansi dan peremajaan. Beberapa perusahaan karena pengaruh kebakaran dan asap tahun lalu membuat jadwal penanaman terlambat, sehingga mereka masih punya stok bibit , tahun ini mereka tidak membeli kecambah,” katanya.
Pangsa pasar kecambah tahun ini dibanding tahun lalu terjadi penurunan, sehingga bila ingin menyamai penjualan tahun lalu agak sulit. Penyebab utamanya adalah situasi ekonomi dunia yang melambat, harga CPO yang turun dan kebijakan moratorium ijin baru pengembangan kelapa sawit.
“Moratorium menghambat perusahaan untuk ekspansi. Pasar yang ada sekarang hanya untuk peremajaan tetapi jumlahnya terbatas, sehingga pangsa pasar menyusut,”katanya.
Mengenai kecambah DxP unggul MT Gano Socfindo, ini merupakan salah satu solusi terbaik bagi perusahaan yang ingin melakukan peremajaan, terutama di Sumatera yang sudah masuk generasi empat. “Hanya beberapa perusahaan perlu kita yakinkan kembali karena harga selalu menjadi pertimbangkan utama mereka,” katanya.
Kecambah DxP Socfindo MT Gano memang lebih mahal, perbutirnya mencapai Rp 18.000 dan untuk pembelian ≥ 50.000 butir harganya Rp 16.500 sedang DxP Unggul Socfindo yang non Gano Rp 11.000 dan untuk pembelian ≥ 100.000 butir harganya Rp 10.000. Sebenarnya kalau dihitung dengan cermat justru penggunaan MT Gano ini benefitnya sangat luar biasa.
Peremajaan dengan MT Gano setelah 5 tahun kehilangan pohon rata-rata hanya 2%/tahun. Sementara bibit yang biasa 7,5%/tahun dalam waktu 15 tahun sudah habis . Tanaman tinggal 40-50% saja yang ada. Tetapi kalau menggunakan MT Gano sampai 15 tahun masih diatas 120 pokok.
“Hal seperti ini yang kadang-kadang masih perlu kerja keras untuk meyakinkan para customer kita para planter. Kalau melihat harga awal investasi memang kelihatan nya sangat significant dari harga normal Rp11.000 menjadi Rp18.000,” katanya.
Socfindo sendiri tetap melakukan penelitian untuk meningkatan ketahanan terhadap ganoderma. Kalau dulu hanya menggunakan ganoderma dari wilayah Sumatera Utara , sekarang sudah mengambil dari beberapa provinsi seperti Riau, Sumbar, Sumsel, Lampung yang terdeteksi menjadi sumber. Ganoderma ini diinokulasikan ke bibit-bibit di lokasi penelitian.
“Tetapi memang sampai sekarang ganoderma yang paling ganas ada di Sumatera utara. Di sini penanaman kelapa sawit sudah empat generasi. Kita yakin kecambah kita terus menerus meningkat ketahanannya karena hasil test laboratorium dan di lapangan sejalan,” katanya.
Penjualan kecambah MT Gano saat ini sebagian besar masih di pulau Sumatera, juga ke Bangka Belitung. Karena masalah harga banyak perusahaan membeli untuk pengujian dulu. PT Socfindo juga sudah mengekspor kecambah tahan Fusarium ke Afrika. Penyakit ini bukan masalah di Indonesia tetapi masalah besar di Afrika.
Harga kecambah MT Gano lebih mahal karena harus mengembalikan biaya riset yang cukup besar. Riset MT Gano ini cukup lama, mulai tahun 2003 dan mulai dilepas tahun 2013. Riset ini merupakan kolaborasi antara Socfindo dengan Palm Elite dari CIRAD, Perancis. Selama 10 tahun ini, penelitian MT Gano telah mengeluarkan biaya penelitian yang lumayan besar karena melibatkan pihak asing.
Kalau penggunanya sudah banyak, biaya penelitian sudah terbayar , bisa jadi kedepan harganya akan turun. Sekarang penggunanya masih terbatas. Kalau penggunaanya sudah masal bisa saja ke depan Socfindo hanya akan memproduksi MT Gano. S (Berita selengkapnya ada pada Media Perkebunan edisi 153)