LPP (Lembaga Pendididikan Perkebunan) kini sudah bertransformasi dari yang semula berbadan hukum perkumpulan menjadi berbadan hukum perseroan terbatas (PT), tentu perubahan yang sangat mendasar ini menjadikan DNA LPP juga berubah. “Sebagai PT maka prinsip-prinsip perseroan menjadi hal yang utama, contohnya dalam hal keberlanjutan perusahaan, PT dituntut memenuhi ekspektasi pemegang saham” kata Triaji Prio Pratomo, Direktur Utama PT LPP Agro Nusantara dalam perbincangan dengan Media Perkebunan.id.
Saat ini pemegang saham utama LPP adalah Holding Perkebunan Nusantara yang melihat peran LPP sebagai rekan strategis dalam hal transformasi SDM Perkebunan Nusantara.
“Bicara transformasi ke luar, tentu kita perlu bicara transformasi ke dalam terlebih dahulu, kita ini dikenal sebagai kawah candradimuka (pusat transformasi), bagaimana mungkin kita mentransformasi orang lain jika kita tak mampu mentransformasi diri sendiri. Oleh karena itu saya berprinsip orang LPP adalah orang-orang yang harus nyaman dengan perubahan seberat apa pun perubahan itu, karena kita sebagai agen perubahan maka kitalah yang harus terdepan untuk berubah.” kata pria yang akrab di panggil Kang Aji ini.
“Contoh transformasi yang dimaksud misalnya transformasi pola belajar mengajar yang menjadi inti bisnis LPP, tugas utama LPP adalah menjadikan setiap insan Perkebunan Nusantara sebagai pembelajar, sehingga akuntabilitas belajar ada pada pembelajar alias setiap orang, bukan pada perusahaan, perusahaan memfasilitasi proses pembelajaran lebih mudah, dan LPP membantu Perkebunan Nusantara mentransformasi pola belajar yang baru ala era Industri 4.0 ini,” katanya.
“Alhamdulillah, pola pikir baru ini pelan-pelan mulai dipahami rekan-rekan internal LPP dan mulai ditularkan kepada stakeholder di luar LPP, bahwasanya angkatan kerja baru bernama millennial dan generasi Z memiliki cara kerja yang berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka lebih kasual dan informal, senang dengan kebebasan, kesetaraan, dan keterbukaan. Oleh karena itu LPP perlu mengubah pendekatan pembelajaran yang dulunya sebagian besar dalam bentuk pelatihan formal menjadi komunitas-komunitas belajar yang lebih informal, dan aplikatif di tempat kerja.” Kang Aji dengan antusias memaparkan visinya.
“LPP menciptakan platform pengetahuan digital bernama AgroNOW, sebuah aplikasi yang memudahkan insan Perkebunan Nusantara untuk mendapatkan konten pembelajaran, informasi, dan mendapatkan pengetahuan kapan pun dan di mana pun. Aplikasi ini terus dikembangkan sehingga nantinya Perkebunan Nusantara dapat menjadi organisasi pembelajar. Jika insan-insan Perkebunan Nusantara sudah menjadi pembelajar dan pengajar untuk siapa pun di dalam organisasi, mungkin itu saatnya LPP membubarkan diri atau bertransformasi lagi”, lanjut Kang Aji sambil tertawa setengah bercanda.
Tentu selain melayani Perkebunan Nusantara, LPP juga sangat terbuka menjadi mitra transformasi perusahaan-perusahaan perkebunan lainnya, bahkan di luar perkebunan pun tertarik untuk mendapatkan layanan LPP. LPP berprinsip solusi yang ditawarkan LPP harus berdasarkan kebutuhan mitra, sehingga lebih mendarat dan aplikatif, tidak sekedar referensi dari buku, jurnal, atau publikasi umum. Subject Matter Expert (SME) LPP sangat beragam dan memiliki luasan serta kedalaman ilmu yang komprehensif mulai dari ilmu teknis, manajerial, hingga kepemimpinan.
Bisnis utama LPP di antaranya adalah Learning, Assessment, Consulting, dan Certification (LACC), Learning fokus pada peningkatan kompetensi (knowledge, skill, behavior) manusia, Assessment fokus pada penilaian kompetensi seseorang saat ini dan potensi seseorang di masa depan, Consulting fokus pada penyelesaian masalah yang dihadapi mitra di lapangan, dan Certiification adalah layanan untuk memastikan standar kompetensi seseorang memiliki acuan nasional/internasional sesuai dengan profesinya.