Program T200 PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X mampu menghasilkan hablur lebih dari 16 ton per hektar (Ha). Dari hasil panen di Kebun Susubango, Kediri, Jawa Timur, akhir Juni lalu, produksi tebu dapat mencapai 2017 ton dari rata-rata luasa 3,5 Ha, rendemen 8,12 persen.
Tim Pendamping Program T200 dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Prof Subiyakto Sudarmo sangat mengapresiasi program T200 dan T150 yang dilaksanakan di 24 kebun di wilayah 10 pabrik gula (PG) dengan totoal luasa sekitar 200-an Ha. Program ini dilaksanakan di lahan historis tebu, mulai dari daerah delta Sidoarjo, Jombang sampai dhoho Kediri.
Subiyakto menuturkan, program T20O ditargetkan menghasilkan tebu dengan tonase 200 per Ha. “Entah bagaimanapun caranya? Yang penting produksi tebu 200 ton per hektar dapat dicapai. Mungkin harus dengan pupuk dosis tinggi, pengairan yang dicukupi, pemeliharaan yang mewah. Sekali lagi target produksi tebu 200 ton/ha dapat dicapai,” ujarnya.
Demikian pula dengan Program T150 dipilih di lahan yang kelas 2 atau lahan tadah hujan. Program ini mengutamakan waktu tanam yang tepat, kelompok hamparan, mekanisasi dan juga waktu tebang masak optimal.
“Tebang perdana di Kediri dengan produktivitas hablur yang dapat mencapai 16 ton/ha, mengingatkan saya pada sejarah emas pabrik gula Zaman Belanda tahun 1930. Waktu itu dengan luas tebu 200 ribu hektar bisa dihasilkan 3 juta ton gula, bahkan sebagai negara ekspotir gula terbesar setelah Kuba,” ungkap Subiyakto.
Dari Program T200 ini dapat dibuktikan bahwa produktivitas hablur 16 ton ternyata bisa dicapai, tanpa harus menunggu dijajah Belanda lagi. Pertanyaannya apakah kita puas dengan Demplot T200 dan T150 ini? Tentu tidak! Masih ditindaklanjuti dengan Program H 10 atau program menghasilkan hablur 10 ton/ha. “Tidak perlu muluk-muluk, cukup target hablur 10 ton/ha, walau potensinya bisa lebih 16 ton hablur,” tukasnya.
Setelah dihitung-hitung dari produksi hablur 16 ton tadi keluar pendapatan Rp 78,8 juta per Ha. Tentu didalam prakteknya nanti ada selisih pendapatan. “Saya termasuk orang yang mendukung programnya PTPN X yang Insya Allah akan membawa perubahan pertebuan di negeri ini. Ini tergolong langkah yang berani, walau dikata program nekad tapi penuh keyakinan bahwa produktivitas hablur lebih 10 ton bisa dicapai,” ujarnya.
Menurut Subiyakto, program intensifikasi cocok dilakukan di Jawa dalam upaya peningkatan produksi tebu. “Sebaiknya mulai saat ini kita kelola dengan baik lahan yang ada dan cocok untuk tebu, mungkin tidak perlu berlomba-lomba luas-luasan areal. Toh areal lahan pertanian kita terus menyusut dari tahun ke tahun,” jelasnya.
Subiyakto mengatakan, pengalaman perluasan lahan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan produksi gula. Produksi gula nasional tetap stagnan pada 2,5 juta ton, atau malah akhir-akhir ini lebih rendah dari angka tersebut. (YR)