Jakarta, Mediaperkebunan
Ancaman perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca membuat pemerintah berkomitmen melakukan pembangun rendah karbon dengan menurunkan emisi 29% tanpa bantuan internasional dan 41% bila ada bantuan.
Kegiatan Dirjen Perkebunan dalam mendukung pembangunan berketahanan iklim dan rendah karbon menurut Dwimas Suryanata Nugraha dari Direktorat Perlindungan Perkebunan Ditjenbun pada Diskusi Virtual Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bertemakan”Kontribusi Industri Sawit Terhadap Net Zero Emissions Indonesia”, adalah :
Demplot mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dengan tujuan terbangunnya demplot mitigasi dan adaptasi kekeringan untuk menghadapi dampak negatif kekeringan dan mengurangi dampak GRK pada sektor perkebunan.
Demplot pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dengan tujuan terbangun model demplot PLTB dan memfasilitasi pekebun dalam melakukan pembukaan lahan perkebunan dengan cara tanpa membakar.
Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan sehingga tercipta sarana pendukung peningkatan ekspor komoditi organik perkebunan dan dukungan tim percepatan ekspor produk organik perkebunan.
Pengendalian OPT melalui agen pengendali hayati dan pestisida nabati. Tujuanmua supaua terbangun satu sistim pengendalian hayati dengan menggunakan pengendalian secara organik untuk mendukung pengurangan efek negatif dari penggunaan bahan kimia bagi lingkungan.
Sertifikasi Climate Frendly Farming, dengan tujuan terbangunnya masyarakat yang mengaplikasikan CFF sehingga kerugian akibat perubahan iklim pada tanaman berkurang.
Brigade Karlabun dan KTPA, dengan tujuan terbangunnya pengawasan dan pelaksanaan kegiatan pencegahan kebakaran lahan dan kebun melalui pembinaan kepada masyarakat/petani di lokasi yang sering terjadi kebakaran.
Sikarla padam dan sirami kebunkun dengan tujuan tercipatanya suatu sistim informasi untuk mengendalikan kebakaran lahan perkebunan serta informasi mengenai rencana tanam dan infrastruktur air perkebunan untuk komoditas utama.
Potensi aksi mitigasi pada perkebunan kelapa sawit dilakukan lewat :
Manajemen lahan, yaitu lahan perkebunan sawit yang dikonversi dari lahan yang memiliki stok karbon lebih rendah seperti tanah terlantar, padang rumput, semak belukar, maka budidaya sawit dapat membantu meningkatkan serapan karbon. Jika konversi dari tutupan hutan maka justru menghasilkan emisi.
Teknik budidaya sesuai GAP dengan penggunaan pupuk yang berimbang, penggunaan pestisida nabati, pembukaan lahan tanpa bakar dan lain-lain. Sarpras Karlabun berupa pemenuhan sarpras untuk menunjang kegiatan penanganan kebakaran lahan perkebunan berupa pompa, selang, menara api dan lain-lain sesuai Permentan nomor 5 tahun 2018.
Transportasi dari kebun ke pabrik pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik menempuh jarak yang tidak terlalu jauh , tetap dengan penggantian ke biofuel maka kendaraan pengangkut mempunyai potensi mitigasi. Pengelolaan air pada lahan gambut di perkebunan kelapa sawit dengan perbaikan tata kelola air dan tinggi muka air tanah pada lahan gambut kepada pekebun dan tenaga pendamping/penyuluh perkebunan.
Penggunaan energi pengolahan kelapa sawit, energi yang digunakan pada pengolahan adalah bahan bakar fosil dan listrik pada mesin produksi dan fasilitas operasional. Pengelolaan limbah sawit dengan methane capture dilanjutkan pemanfaatan menjadi POME digunakan untuk energi dan pupuk cair organik.