Jakarta, Mediaperkebunan.id
Sama seperti produk lainnya, produsen benih kelapa sawit juga perlu melakukan transformasi digital. Dwi Asmono, Ketua Forum Kerjasama Produsen Benih Kelapa Sawit menyatakan hal ini pada International Oil Palm Conference (IOPC) 2022 .
Di Indonesia total pengguna internet 212,9 juta dengan penggunaan perhari 7 jam 42 menit. Pengguna google perbulan 2,02 miliar orang, you tube 833 juta, face book 487 juta, instagram 215 juta, twitter 192 juta, Whatsapp 191 juta. Internet sangat mempengaruhi kesan seseorang tentang brand , mereka tahu dari mesin pencarian 41%, rekomendasi dari sosmed 37%, iklan di sosmed 32%, iklan di TV 31%, website brand tersebut 30%.
Pengguna sosmed 167 juta orang dan rata-rata menghabiskan 3 jam 18 menit sehari. Medsos yang paling banyak digunakan Whatsapp 92,1%, Instagram 86,5%, Facebook 83,8%, Tiktok 70,3%, Telegram 64,2%, Twitter 60,2%.
Pencarian benih sawit di Google dalam 3 tahun terakhir rata-rata 100-1.000 kali setiap bulan. Kalimantan Barat, Riau, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara adalah 4 provinsi teratas pencarani kata benih sawit. Saat penting meningkatkan kesadaran di wilayah Indonesia bagian Timur sehingga masyarakat di wilayah ini sadar teknologi dan tahu produsen benih sawit apa saja yang ada.
Sedang di face book dan instagram ada 32-37 juta yang pengguna yang mencari dengan kata kunci “benih sawit”. Sebagian besar di Sumatera bagian Utara dan Selatan, Kalimantan Barat dan Timur dan Sulawesi Selatan. Pengguna yang adaptif terhadap teknologi berada di kawasan Barat dan Tengah Indonesia sedang harus diperhatikan untuk mendapat informasi lebih banyak soal benih sawit unggul.
Penjualan benih kelapa sawit ilegitim di e commerce mencapai 875.634 pak dengan asumsi 1 pak 100 benih maka 87.563.400 benih ilegitim diserap konsumen. Total utas/berkas yang tercatat di e-commerce 6.511 . Dengan asumsi harga benih Rp8000/butir maka penjualanya mencapai Rp700,507 miliar.
Lokasi penjual 80% di Lampung, 15% di Sumut, 5% di Sumbar. Dengan asumsi 1 ha perlu 200 benih maka penanaman benih ilegitim ini mencapai 437.817 ha. Dengan luas lahan sawit nasional 16,8 juta ha maka 2,6% menggunakan benih ilegitim yang dibeli di e-commerce. Pembelinya adalah petani swadaya dan itu menjadi keprihatinan Forum Kerjasama Produsen Benih Kelapa Sawit.
Anggota FKPBKS terdiri dari 19 produsen dengan 61 varietas. Sedang penangkar binaan produsen ada 261 . Jumlah penangkar diperkirakan kedepan akan semakin bertambah. Dari 61 varietas yang masih dipasarkan 53 varietas, kapasitas produksi 241,5 juta butir.
Secara terpisah, Direktur Perbenihan Perkebunan, Gunawan menyatakan untuk menyiapkan benih perkebunan berbeda dengan komoditas tanaman lainnya, diantaranya benih kelapa sawit. “Dibutuhkan waktu paling cepat 11 bulan untuk memproses benih kelapa sawit mulai dari penyerbukan hingga siap salur. Perlu kejelasan pemesanan, untuk menghindari kerugian. Jangan sampai benihnya sudah siap tapi tidak tersalurkan,” tegas Gunawan.
Sebab, Gunawan mengakui bahwa petani/kelompok tani/koperasi yang ikut program Peremajaan Sawit Rakyat belum berani memesan sebelum rekomtek terbit, sehingga saat terbit rekomtek, benih tidak serta merta langsung ada.
“Menanggapi masalah tersebut maka solusinya adalah pertama, penyiapan benih H+1 tahun sebelum kegiatan pengembangan. Kedua, harus adanya kejelasan kegiatan pengembangan (ada/tidaknya),” harap Gunawan.
Meski begitu, Gunawan optimis bahwa saat ini sudah ada 19 pelaku sumber benih dimana ke-19 tersebut sudah mempunyai penangkar yang tersebar di pelosok-pelosok. Artinya dalam hal ini tinggal mensinkronkan antara kebutuhan dengan produksi benihnya.