2024, 25 September
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada Juli 2024 mencapai 3.617 ribu ton atau turun 2,0 persen dibandingkan produksi bulan Juni sebesar 3.691 ribu ton. Demikian juga produksi PKO turun menjadi 344 ribu ton dari 354 ribu ton pada bulan Juni.

“Sampai Juli, produksi tahun 2024 adalah 5,99 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun 2023, yaitu dari 32.066 ribu ton menjadi 30.146 ribu ton,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono dalam keterangan resminya, Rabu (25/9/2024).

Gapki mencatat untuk konsumsi dalam negeri naik 90 ribu ton dari 1.940 ribu ton pada Juni menjadi 2.030 ribu ton pada Juli 2024. Untuk keperluan konsumsi pangan turun 40 ribu ton dan untuk oleokimia turun 7 ribu ton, sedangkan untuk biodiesel naik dari 898 ribu ton menjadi 1.035 ribu ton.

Mukti mengatakan, secara year on year (YoY) sampai Juli, konsumsi dalam negeri mencapai tahun 2024 sebesar 13.510 ribu ton atau 2,17 persen lebih tinggi dari tahun 2023 sebesar 13.223 ribu ton.

Sedangkan konsumsi untuk pangan mencapai 5.767 ribu ton atau 5,18 persen lebih rendah dari tahun lalu, oleokimia 1.301 atau lebih rendah 2,11 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan biodiesel 6.442 ribu ton atau 10,84 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Total ekspor CPO mengalami penurunan menjadi 2.241 ribu ton pada bulan Juli 2024 dari 3.385 ribu ton pada bulan Juni atau turun sebesar 1.144 ribu ton setelah naik pada bulan sebelumnya dengan 1.421 ribu ton.

Gapki mencatat, penurunan terbesar terjadi pada produk olahan CPO yang turun sebesar 648 ribu ton dari 2.237 ribu ton pada bulan Juni menjadi 1.589 ribu ton pada bulan Juli, diikuti CPO yang turun dengan 477 ribu ton menjadi 174 ribu ton.

Baca Juga:  RISET DI INDONESIA BELUM JADI INVESTASI , MASIH DIANGGAP BIAYA

Menurut Mukti, penurunan volume ekspor menyebabkan penurunan nilai ekspor menjadi $1.976 juta dari $2.798 juta pada bulan Juni, meskipun harga rata-rata naik dari $1.011/ton di bulan Juni menjadi $1.024/ton cif Roterdam di bulan Juli.

Berdasarkan negara tujuannya, Mukti menyebutkan, penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India yang turun 490 ribu ton menjadi 293 ribu ton setelah naik 599 ribu ton pada bulan sebelumnya. Penurunan ekspor juga diikuti oleh China yang turun 255 ribu ton menjadi 488 ribu ton setelah naik 322 ribu ton pada bulan sebelumnya.

Demikian juga Mesir yang turun 71 ribu ton menjadi 50 ribu ton setelah naik 81 ribu ton pada bulan sebelumnya, Pakistan turun 64 ribu ton menjadi 224 ribu ton setelah naik 156 ribu ton pada bulan sebelumnya dan Afrika yang turun 162 ribu ton setelah naik 184 ribu ton pada bulan sebelumnya.

“Untuk tujuan Uni Eropa terjadi penurunan sebesar 77 ribu ton menjadi 198 ribu ton pada bulan Juli setelah turun juga pada bulan sebelumnya sebesar 41 ribu ton,” ujar Mukti.

Dengan produksi yang mengalami turun 2 persen, konsumsi dalam negeri yang naik 4,67 persen dan ekspor yang turun 33,79 persen, maka stok akhir Juli kembali turun menjadi 2.513 ribu ton dari 2.818 ribu ton pada akhir Juni.