Peneliti asal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Winarna mengakui, memang budidaya kelapa sawit di lahan gambut bisa dilakukan dan hal tersebut sudah dilakukan sejak 100 tahun yang lalu, atau 4 generasi.
Hal tersebut diungkapkan dalam Seminar Nasional Menyongsong 100 Tahun Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan, di Medan, oleh perkebunannews.com.
Berdasarkan catatannya, saat ini luas lahan gambut di Indonesia mencapai 14.905.574 hektar. dari angka tersebut yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit hanyalah 1.705.912 hektar, yang tersebar di wilayah Sumatera sekitar 1,4 juta hektar dan sisanya sekitar 307 ribu hektar tersebar di Kalimantan.
“Artinya jika melihat angka tersebut sebenarnya lahan gambut yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit tidaklah besar,” ucap Winarna.
Memang, Winarna mengakui bahwa water management adalah kuci mengelola kelapa sawitdi lahan gambut. Adapun tujuannya yaitu, pertama, mendrainase kelebihan air (ruang perakaran). Kedua, mempertahankan kedalaman muka air efektif (40-60 cm piezometer). Ketiga, meningkatkan pertb. dan produksi kelapa sawit. Keempat, meminimalkan subsiden dan emisi karbon (GRK). Kelima, mencegah kekeringan gambut (saat Bulan Kering), dan terakhir, mencegah resiko kebakaran gambut.
“Sehingga pada dasarnya Degradasi lahan gambut di perkebunan kelapa sawit dapat dicegah dengan paket pengelolaan yang tepat. Adapun paket pengelolaan diantaranya pemadatan tanah dan tata air efektif, cover crops, dan lain-lain. Tujuannya untuk menghasilkan produktivitas sawit tinggi dan kelestarian gambut, sehingga tercapai sustainable palm oil,” pungkas Winarna. YIN