Medan, Mediaperkebunan.id
Pandemi Covid-19 mempengaruhi banyak hal termasuk kultur teknis kebun sawit baik milik pekebun maupun perusahaan. Winarna, Kepala Bidang Tata Usaha PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) menyatakan hal ini dalam bincang pakar PPKS, Jumat (8/5/2020).
Dalam kondisi seperti ini maka harus dilakukan skala prioritas pada kultur teknis. Pengendalian gulma dilakukan di piringan dan pasar pikul, juga gulma berkayu yang besar-besar. Sedang pada gawangan bisa ditunda dulu. Rumput, pakis dan gulma berkayu yang kecil biarkan saja, karena kalau semua ingin dikendalikan tidak akan tercover.
Kastrasi jangan ditinggalkan, kalau rotasi diperpanjang 4 bulan sekali bukan bunga saja yang harus dibuang tetapi ada buah dengan berat 2 kg. “Ini kan sayang hara yang seharusnya untuk vegetatif digunakan untuk pembentukan buah yang belum waktunya. Padahal dari sisi efisiensi tenaga kerja tidak jauh berbeda,” katanya.
Pemupukan jangan ditinggal sebab kebutuhan hara tanaman harus dipenuhi. Kalau pupuk sudah tersedia maka pilih memupuk tanaman yang paling produktif, umur muda dan remaja yang mudah dipanen, maksimalkan produksi di areal ini. Kalau semua produktif maka pilih yang mengalami defisiensi hara cukup berat.
Pilih sarana jalan yang lebih memadai dan kondisi areal yang siap dipupuk. “Semoga krisis segera lewat. Setelah krisis baru TBM dipupuk. Prioritas pada tanaman produktif untuk menjaga jangan sampai ada penurunan produktivitas ,” katanya.
Efektivitas dan efisiensi pemupukan harus tetap yang utama sehingga metode pemupukan perlu diperhatikan. Meskipun tidak bisa 5 tepat tetapi harus dijaga jangan sampai banyak kehilangan pupuk.
Ketika musim hujan jangan ditabur karena akan tercuci kalau hujan. Di daerah yang berbukit atau dataran rendah, pupuk jangan ditabur tetapi dibenamkan dalam tanah. Pekebun cukup menggunakan cangkul dan gancu kalau perusahaan menggunakan bor.
Dalam kondisi krisis seperti ini anggaran pemupukan mungkin dikurangi dengan menggunakan pupuk yang lebih sederhana. Meskipun demikiam jangan memilih pupuk yang kadarnya jauh dari kebutuhan tanaman, minimal yang mendekati.
Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam kondisi seperti ini banyak orang mengambil kesempatan dengan menjual pupuk yang kadarnya dibawah spek yang diperlukan atau bisa disebut pupuk palsu. Asosiasi-asosiasi petani harus mendampingi petani ketika ada pupuk masuk, kenali dengan benar, harus hati-hati dalam pengadaan pupuk.
Panen juga diprioritaskan pada daerah dengan tingkat produksi yang tinggi, tanaman muda dan remaja, mudah dijangkau dan proses panen mudah, pengaturan rotasi panen dan penyesuaian sistim panen. Perusahaan perkebunan sangat terpengaruh pada pengadaan tenaga panen karena biasanya menggunakan dari luar daerah sekarang tertunda.
“Pada lahan yang sulit akses nanti malah tidak optimal. Kalau truk dan traktor rusak mobilisasi suku cadang susah sehingga buah malah tidak bisa keluar,” katanya.
Mengenai hama penyakit, Agus Susanto , (pakar HPT PPKS) menyatakan jangan diabaikan. Pekebun harus tetap ke kebun melukan monitor dan sensus organisme penganggu tanaman supaya tidak meluas. Tidak mungkin hama dan penyakit tiba-tiba meluas.
Kalau ada OPT harus langsung dikendalikan. Pengendalian hama dan penyakit ketika masih sedikit lebih mudah dan murah.
“Jangan lupa selalu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun sesuai protokol kesehatan dalam setiap aktivitas di kebun,” kata Winarna.