JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Hingga saat ini tidak ada komoditi lain yang menyamai sawit. Meski ada yang meramalkan bahwa sampai 2045 sawit hanya tinggal sejarah. Karena tidak sedikit kebijakan yang merugikan sawit.
“Tapi kalau pemerintah tetap konsisten bahwa sawit ini adalah masa depan bangsa kita maka kita yakin bahwa sawit tetap berjaya,” ujar Ketua Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (FP2SB) Achmad Mangga Barani pada Forum Group Discussion (FGD) bertema “Peta Jalan Industri Benih Kelapa Sawit Indonesia” yang diselenggarakan Media Perkebunan didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jakarta, Kamis (23/2).
Menurut Mangga Barani, ada empat point agar sawit tetap berjaya. Pertama, membesarkan perkebunan rakyat dengan komposisi luasan 50 persen dari total areal yang ada. Karena perkebunan korporasi tidak lagi perluasan.
“Sehingga kita harapkan 50 persen perkebunan rakyat 50 persen perkebunan korporasi. Sehingga komoditi ini betul betul memberikan kesejahteraan bagi rakyat,” jelas Mangga Barani.
Kedua, lanjut Mangga Barani, produktivitas harus naik dan kuncinya pada benih unggul. Jika masih benih generasi pertama maka akan selesai karena produktivitasnya hanya 18 ton tandan buah segar (TBS) per hektare (ha).
“Kita harus menghasilkan produksi hingga 40 ton TBS per hektare. Sehingga kita bisa mendapatkan produksi besar walaupun lahanya tetap,” ujar Mangga Barani.
Ketiga, pengembangan hilirisasi, yang terbagus adalah energi. Sawit tidak sekedar menghasilkan untuk makanan namun juga untuk energi. “Malah kalau bisa menjadi avtur. Tidak sekedar biodisel menjadi B50. Karena pesawat kita banyak,” tukas Mangga Barani.
Keempat, kata Mangga Barani, keberlanjutan perkebunan sawit malalui sertifikat ISPO. Dari 14 juta ha perkebunan sawit, baru 5 juta ha yang sudah tersertifikasi berkelanjutan. “Artinya masih ada 9 juta hektare yang belum sertifikasi. Tidak hanya swasta tapi juga perkebunan swadaya,” tukasnya. (YR)