Lampung, Mediaperkebunan.id
Kementerian BUMN membentuk PMO (Project Manajemen Offince) Kopi Nusantara yang diluncurkan di Lampung (30/1). Menurut Erick Thohir, PMO Kopi Nusantara adalah bagian dari membentuk ekosistem untuk kesejahteraan bersama. Kopi saat ini 96% diusahakan oleh pekebun rakyat sehingga melalui PMO terbentuk ekosistem yang terdiri dari petani, BUMN, swasta, asosiasi kopi. Dukungan pemda dan kementerian/lembaga lain sangat diperlukan.
BUMN yang mengusasi 1/3 perekonomian nasional menjadi kapal induk besar yang menyatukan semua untuk membangun keseimbangan ekonomi sehingga semua bisa sejahtera, jangan hanya disatu sisi atau kelompok saja. Salah satu tugas BUMN adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan fokus pada laba saja.
Eksosistem Program Makmur yang dipimpin PT Pupuk Indonesia untuk padi, jagung dan tebu sudah berjalan dengan melibatkan 71.000 petani. Hasilnya terbukti keuntungan petani padi naik 45%, jagung 48%. Setelah kopi nanti akan dibentuk ekosistem untuk teh.
PMO Kopi Nusantara seperti program Makmur ada bank BUMN yang akan memberikan kredit modal kerja, ada pendampingan dari PT Pupuk Indonesia sehingga petani mendapatkan pupuk tepat waktu, mendapat benih unggul, ada off taker yang terdiri dari BUMN, perusahaan swasta dan eksportir . Ada kepastian bahwa apa yang ditanam pasti ada yang beli.
“Apa yang kita kerjakan tidak akan mampu menyelesaikan seluruh persoalan. Karena itu perlu dukungan kementerian dan lembaga lain, juga pemerintah daerah. Saya pastikan bahwa BUMN yang sekarang sangat berbeda dengan yang dulu, Kita tidak mau menjadi menara gading tetapi merajut ekonomi bersama-sama untuk kesejahteraan rakyat,” katanya.
Pada tahap awal PMO kopi ini berupa pilot project di 6 lokasi. Kalau berhasil akan dikembangkan lebih luas lagi. Selain itu kementerian lain seperti Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pertanian bisa mereplikasi konsep ini sehingga semakin banyak menjangkau petani kopi.
Dwi Sutoro, Direktur Pemasaran PTPN III Holding yang ditunjuk sebagai Ketua PMO Kopi Nusantara menyatakan PMO ini merupakan bentuk dan upaya kepedulian untuk meningkatkan industri kopi di tanah air. “Saat ini 96% areal kopi diusahakan oleh rakyat. Jadi apa yang kita lakukan akan memberi dampak besar pada petani kopi rakyat,” katanya.
Ada tiga target yaitu membangun dan memperbaiki ekosistem suply chain bisnis kopi di Indonesia dengan cara mengkoordinasikan, menyinergikan semua komponen industri kopi yang saat ini sudah bekerja untuk industri kopi Indonesia yaitu BUMN, swasta, asosiasi, lembaga riset untuk mendukung mulai dari hulu sampai hilir; meningkatkan kesejahteraan petani kopi melalui pendampingan; membangun platform digital menjadi centre of excelence industri kopi Indonesia memanfaatkan platform Agree yang sudah dikembangkan PT Telkom.
Tahun 2022 dimulai dengan 6 project di 4 lokasi yaitu Lampung yang menjadi tempat kick off PMO ini; Jawa Timur ada 2 project yaitu bantuan pendanaan PTPN V kepada PTPN XII untuk meningkatkan produktivitas kopi dan pendampingan petani kopi arabika Ijen dengan skema program Makmur; Jawa Barat di lahan milik Perum Perhutani yang diusahakan oleh rakyat yaitu di Ciwidey, Kabupaten Bandung dan Garut; Sumut juga membina petani kopi rakyat.
Dalam kesempatan itu juga PPI melakukan ekspor perdana 6 kontainer kopi dari Lampung bagian Selatan ke Mesir. Lufti Rauf, Dubes RI untuk Mesir menyatakan Januari-November 2021 nilai ekspor kopi Indonesia ke Mesir naik 58% menjadi USD80,20 juta dari USD50m2 juta periode yang sama tahun 2020. Tahun 2022 diperkirakan Mesir akan mengekspor 65.000 MT kopi dari Indonesia.
Saat ini kopi asal Indonesia yang paling banyak dikonsumsi di Mesir. Rauf minta supaya kualitas di jaga, juga harga yang bersaing karena Vietnam dan Brasil saat ini gencar ingin mengusasi pasar Mesir. Penyuluhan pada petani harus ditingkatkan. Saat ini kopi specialty asal Indonesia juga mulai digemari warga Mesir.