Medan, mediaperkebunan.id – Apakah mungkin bila di masa depan, atau dalam waktu yang tidak lama lagi, dikembangkan ide pabrik kelapa sawit PKS tanpa tandan buah segar (TBS) di berbagai sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia?
Bila pertanyaan di atas dilontarkan kepada Petrus Tjandra MBA, seorang praktisi teknologi di bidang agro, maka jawabannya adalah mungkin! Optimisme itu dilontarkan Petrus Tjandra, Kamis (24/4/2025), saat tampil sebagai salah satu pembicara di acara “Menuju 3rd TPOMI 2025” bertema “Updating Technology & Talent Palm Oil Mill & Downstream”.
Kegiatan yang digelar Media Perkebunan Group dan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) tersebut berlangsung di Hotel Santika Premiere Dyandra Medan, Rabu-Kamis (23-24/4/2025)..
Namun penting untuk diingat bahwa optimisme tentang PKS tanpa TBS yang disampaikan salah satu pengurus P3PI ini tidak bisa ditafsirkan secara sederhana, melainkan ada makna dan semangat di dalamnya.
Berbicara dengan topik “PKS Tanpa TBS, Updated Technology for Palm Oil Industry”, Direktur Utama Agro Investama ini mengatakan bahwa industri perkebunan dan teknologi kelapa sawit Indonesia sudah harus memasuki babak baru, yaitu menggunakan pendekatan teknologi steamless dalam pengolahan TBS.
Menurutnya, pendekatan teknologi steamless atau mesin tanpa pakai air ini juga bisa diterapkan di tingkat petani agar kesejahteraan dan kemandirian mereka semakin meningkat.
Kata Petrus Tjandra, steamless palm oil technology (SPOT) atau sering disebut teknologi kering (dry technology) ke depan memunculkan banyak keuntungan bagi pelaku usaha serta bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bisa menjadi lebih efesien lagi karena tidak perlu menggunakan air dalam jumlah banyak seperti yang selama ini diterapkan di PKS yang memakai steam atau wet technology.
Di samping itu, Petrus Tjandra menyebutkan SPOT akan membuat kinerja PKS berdampak baik bagi lingkungan sekitarnya atau memastikan bahwa lingkungan di sekitar operasional perusahaan tetap terjaga keasriannya.
Karena itu, Petrus Tjandra mendorong agar para pelaku usaha sawit, baik perusahaan atau petani, untuk memulai pendekatan SPOT tersebut demi pembangunan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan atau sustainable dan bertanggung jawab.