JAKARTA, Perkebunannews.com – Untuk mendorong tumbuh berkembangnya industri cokelat di pedesaan, tidak perlu mengarahkan petani untuk mengolah mulai dari biji. Namun cukup petani kerjasama dengan industri, dimana petani memasok biji sesuai standar keindustri dan industri menjual kembali sebagian powdernya kepada petani atau usaha pengolahan cokelat.
Demikian dikatakan Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Bio Industri Bambang kepada Perkebunannews.com. Menurutnya, pola kerjasama petani dan industri akan menguntungkan kedua pihak. “Industri mendapatkan pasar baru dan petani diuntungkan dapat memperoleh powder lebih murah,” ujarnya.
Bambang mengatakan, industri cokelat setengah jadi (butter dan powder) biasanya pangsa ekspor dan harga butter jauh lebih tinggi disbanding powder, sehingga lebih dari 60 persen powdernya berharap pasar dalam negeri dan setiap tahunnya terjadi stok dan akhirnya diekspor dengan harga relative rendah.
Lebih lanjut Bambang menuturkan, pemerintah bekerjasama industri memfasilitasi dan melakukan pembinaan pengembangan hilirisasi. Industri kecil atau koperasi didorong untuk membangun industry pengolahan cokelat blok (blend antara gula, susu dan cokelat) selanjutnya menjadi bahan baku pengolahan aneka produk cokelat bagi pengusaha mikro, kecil kelompok wanita tani untuk.
Menurut Bambang, pendakatan pengembangan hilirisasi kakao berbeda dengan komoditi perkebunan lainnya seperti kopi dan kelapa. “Pengolahan biji kakao menjadi pasta, butter, power colekat yang berkualitas di tingkat petani memerlukan investasi pengadaan alat mesin pengolahan dan operasionalnya dengan biaya yang cukup mahal,” ungkapnya.
Meski pun, lanjut Bambang, telah banyak rekayasa teknologi yang telah dikembangkan seperti dari Puslitkoka. Sedangkan uji coba pengolahan skala kecil ditingkat petani kurang menguntungkan sehingga tidak berkembang. (YR)