Jember, mediaperkebunan.id – Para petani tembakau yang berasal dari Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur (Jatim), mendapatkan ilmu finansial dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK, para civitas akademisi Universitas Jember (UNEJ), dan dua kampus ternama dari Jepang.
Kedua kampus asall Jepang tersebut, seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari laman resmi UNEJ, Sabtu (5/7/2025), adalah Obihiro University serta Rakuno Gakuen University.
Sebagai informasi tambahan, pihak UNEJ dalam kegiatan ini diwakili oleh Kelompok Riset Institutional for Agribusiness Reform and Development & Sumber Daya Lahan dan Air pada Fakultas Pertanian (Faperta).
Ketiga pihak ini sukses menyelenggarakan acara “Financial Smart Talk” yang berlangsung di rumah salah satu petani di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan, Kamis (3/7/2025).
Acara ini menjadi wujud nyata pengabdian dan komitmen akademisi dalam mendekatkan kampus kepada masyarakat melalui pemberian literasi keuangan kepada para petani tembakau.
Acara ini digelar dengan mengusung tajuk “A Collaborative Initiative of OJK and the University of Jember to Enhance Financial Literacy and Safe Capital Access for Tobacco Farmers in Tanjungrejo Village”.
Adapun para petani tembakau yang acara terlibat dalam acara ini adalah yang berasal dari Kelompok Tani (Poktan) Maju Trisno Satu dan Poktan Maju Trisno Dua.
“Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah sebagai upaya untuk membekali para petani tembakau dengan pemahaman literasi keuangan yang komprehensif,” kata Dosen Faperta, Ir Anik Suwandari MP dalam acara tersebut.
Di acara itu Anik Suwandari memberikan ilmu dana literasi keuangan kepada para petani tembakau melalui materi berjudul “Cerdas Mengelola Uang, Sukses Bertani Tembakau”.
Di situ Anik Suwandari menyoroti masih banyaknya petani tembakau yang belum terbiasa melakukan aktivitas pencatatan pengeluaran dan pemasukan dalam usaha perkebunan tembakau mereka.
“Kita sebagai petani tembakau harus mengerti bagaimana mencatat pengeluaran dan pemasukan, agar kita tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap hektar (Ha) lahan atau komoditas,” saran Anik Suwandari.
Dirinya juga menyarankan para petani untuk mencatat berapa ton atau kuintal hasil panen tembakau l yang didapatkan beserta harga penjualannya..
“Dengan begitu, setidaknya kita bisa mengetahui apakah untung atau rugi,” demikian penjelasan Anik Suwandari kepada para petani tembakau.
Anik Suwandari juga menekankan pentingnya menabung dan pengelolaan keuangan yang baik untuk memperoleh keuntungan serta menyiapkan modal bagi pengelolaan lahan atau komoditas selanjutnya.
Harapannya, kata Anik Suwandari, manajemen keuangan yang baik dapat membantu petani mencapai kesuksesan dan keberkahan.
Prof M Rondhi SP MP Ph.D. selaku Dekan Faperta UNEJ yang hadir dalam acara itu memberikan contoh terkait manajemen keuangan yang baik kepada para petani tembakau dengan mengambil contoh yang baik dari pengelolaan keuangan petani di Bangladesh,
“Bangladesh memiliki contoh pengelolaan keuangan yang sangat baik. Masyarakatnya berdaya sendiri. Mereka diberi pinjaman uang dari pemerintah, dan setelah berhasil, bisa dilanjutkan ke sebelahnya, begitu seterusnya,” kata Pro M Rondhi.
Dia juga menambahkan bahwa di Indonesia, petani juga mendapatkan pinjaman modal dari pemerintah, namun keberhasilan pengelolaannya seringkali hanya diketahui oleh petani itu sendiri.
Lukman Hakim, staf bagian Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan Edukasi Perlindungan Konsumen dan Manajemen Strategis OJK, mengingatkan para petani yg tembakau untuk waspada terhadap aktivitas keuangan ilegal seperti pinjaman daring (pindar) ilegal, investasi bodong, dan kejahatan digital.
Mengingat maraknya penawaran pinjol cepat dan mudah yang berisiko di kemudian hari, Lukman Hakim memberikan tips aman menggunakan pinjaman daring (pindar).
“Yaitu wajib memilih penyedia yang berizin OJK, meminjam sesuai kebutuhan, melunasi pinjaman, menghindari sistem layanan Informasi keuangan (SILK) yang bermasalah,” saran Lukman Hakim.
“Serta memastikan aplikasi hanya dapat mengakses kamera, mikrofon, dan lokasi. Saya juga berpesan agar petani tembakau berhati-hati dalam menyebarkan data pribadi kepada pihak yang tidak dikenal,” tutur Lukman Hakim lebih lanjut
Menyambut inisiatif ini, Dr. Yasuhiro Mori dari Obihiro University mengungkapkan antusiasmenya dan bangga dapat berkontribusi dalam upaya meningkatkan literasi keuangan bagi petani di Jember.
“Kolaborasi lintas negara ini penting untuk saling belajar dan mengadaptasi praktik terbaik demi kesejahteraan petani,” ujar Yasuhiro Mori.
Yasuhiro Mori juga mengatakan, praktik pinjaman kredit, baik untuk modal maupun kebutuhan sehari-hari, juga umum di kalangan petani Jepang.
Sama seperti di Indonesia, dia bilang, Jepang memiliki tiga sumber pinjaman kredit: bank, koperasi, dan mitra.
Namun, perbedaannya adalah bank di Jepang turut mensponsori koperasi dalam menyalurkan pinjaman kredit bagi petani.
Selain itu, petani yang meminjam modal juga mendapatkan manfaat berupa asuransi dan akses penjualan hasil panen mereka ke supermarket.