Petani teh di Jawa Barat kini sedang bergairah menanam tanaman teh di areal baru. Padahal perkebunan besar justru mengkonversi tanaman teh ke tanaman lain.
Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo) Nugroho B. Koesnadi mengakui, gairah petani teh di Jawa Barat saat ini sangat tinggi. Karena bukan hanya melakukan intensifikasi atau pun rehabilitasi tanamannya, melainkan petani malah melakukan penanaman baru di lahan milik sendiri maupun di areal hutan milik pemerintah.
Menurut Nugroho, animo petani teh yang tinggi itu disebabkan harga pucuk teh yang masih memberikan keuntungan. Hal ini dipicu permintaan teh, khususnya jenis teh hijau yang selalu naik, khususnya dari dalam negeri.
Nugroho menyebutkan, petani teh di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat sangat antusias melakukan penanaman baru. “Di lahan milik pemerintah, yakni di areal pengelolaan hutan bersama masyarakat itu ratusan hektar tanaman teh ditanam petani. Jadi petani antusias sekali,” ujarnya kepada Media Perkebunan.
Aptehindo, lanjut Nugroho, memang tersebut mendorong petani agar melakukan penanam teh melalui program Gerakan Penyelamaan Agribisnis Teh Nasional (GPATN). Selain itu, program intensifikasi, rehabilitasi, dan replanting juga dibina Aptehindo itu.
Sejak 2014, kata Nugroho, setidaknya sudah lebih dari 6.000 hektar (Ha) lahan perkebunan teh rakyat telah intensifikasi maupun rehabilitasi. Untuk intensifikasi telah berhasil menaikkan tingkat produktivitas sebesar 30 persen. Bahkan ada seorang petani di Pengalengan produktivitas mencapai 5.000 kilogram pucuk kering per Ha/tahun. (YR)