Palembang, Mediaperkebunan.id-Petani kelapa sawit 34,38% mempunyai kebun sawit 2 kavling atau 4 ha. Pendapatan rata-rata 34,28% mencapai Rp6-8 juta/bulan. Pengeluaran 40,63% lebih dari Rp6 juta/bulan. Jumlah anak 37,5% 3 orang. Djono A Burhan, Ketua Bidang Hubungan International, Apkasindo menyatakan hal ini dalam International Smallholder Workshop CPOPC.
Pendidikan anak petani sawit 74,73% D3/S1. Dengan level pendidikan seperti ini maka mereka semakin tidak berminat menjadi petani kelapa sawit. Umur petani kelapa sawit 60,2% antara 49-72 tahun. Pendidikan petani sawit 53% tamatan SD.
Survei terhadap anak petani kelapa sawit dari 515 responden 85,4%nya berada di Sumatera, 414 responden 97,5% berusia 18-25, 515 responden 31,5% ingin menjadi petani kelapa sawit yang menerapkan inovasi teknologi digital.
Penerapan teknologi pada petani kelapa sawit harus memperhitungan fluktuasi harga TBS, demografi petani, kontur lahan dan yang penting murah. Lebih penting lagi harus menurunkan biaya, meningkatkan efisiensi, mempersingkat waktu , meningkatkan rendemen , yang lebih penting lagi meningkatkan harga TBS.
Teknologi yang diperlukan oleh petani kelapa sawit adalah untuk menurunkan biaya produksi aplikator pupuk anti run-off. Harga pupuk saat ini mahal sehingga harus diaplikasikan secara efisien jangan sampai kena run off. Alat mekanis diisi pupuk diaplikan dengan efisien.
Analisa foto untuk pemupukan menggunakan AI. Penggunaan drone masih mahal , sehingga digunakan kamera 1 lokasi untuk 1 ha dengan kamera yang berputar 3600 dengan tinggi 4 m. Hasil yang diharapkan adalah kebutuhan NPK masing-masing tanaman, waktu yang tepat untuk memberi pupuk, kematangan TBS.
Sedang untuk meningkatkan input gerobak sorong kinetik elektrik sehingga transpor TBS dari tanaman ke tempat pengumpulan, kebutuhan tenaga berkurang sehingga bisa melakukan pekerjaan lain, kinetik dengan rem sehingga tidak perlu ada cas batrei. Aplikasi digital untuk mengambil keputusan, data produktivitas real time, penyimpanan off line. Agile dumper kecepatan rendah dibandingkan mobil, harga lebih tinggi per unit, biaya pemeliharaan tinggi.
Menghemat waktu aplikator tandang kosong. Saat ini untuk 50 ton tandan kosong per ha petani mampu aplikasi 10 ton/hari sehingga dalam 1 ha perlu 5 hari. Ini sangat butuh waktu dan inefisiensi biaya. Sistim keterlacakan lokal dengan geo tagging TBS untuk kemitraan yang lebih baik antara petani dengan PKS dan masuk dalam dasbor nasional.
Untuk meningkatkan rendemen adalah pengutip brondolan , yang ada saat ini tidak terlalu efektif; benih yang benar-benar tahan ganoderma sebab penyakit ini menurunkan produktivitas akibat banyaknya tanaman yang mati. Penguji rendemen instan untuk mendapatkan harga TBS yang lebih tinggi dan lebih transparan.
Sedang dihilir adalah PKS mini dan pabrik minyak goreng mini untuk meningkatkan pendapatan dan stabilitas harga TBS.