Jambi, mediaperkebunan.id – Para petani kelapa sawit swadaya yang berada di sekitar hutan lindung Bujang Raba, Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, nampaknya mulai sadar adanya cuan atau keuntungan dari bisnis karbon dan praktik memelihara lingkungan sekitar.
Para petani kelapa sawit binaan Forum Petani Kelapa Sawit Indonesia (Fortasbi) tersebut mulai menjalankan bisnis dengan menjual jasa penyerapan karbon hutan desa ke berbagai perusahaan di luar negeri melalui bursa karbon internasional.
Langkah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan lindung Bujang Raba tersebut, seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari laman resmi Fortasbi, Kamis (3/4/2025), bisa menjadi praktik baik dalam bisnis perdagangan karbon.
Dan hal tersebut juga bisa didapatkan atau diterapkan kepada para petani sawit swadaya berkelanjutan di daerah lain, terutama bagi mereka yang telah menerapkan praktik baik dalam pengelolaan perkebunan.Sampai akhir 2024 yang lalu, tercatat bahwa para anggota Fortasbi telah melindungi 108,2 hektar (Ha) kawasan hutan, 485,24 (Ha) area gambut, serta 13.346 (Ha) area sempadan sungai.
Cara yang dilakukan para petani itu adalah dengan menanami berbagai ragam tanaman hutan dan pohon sebagai komitmen pada proses mitigasi iklim dan keberlanjutan.Fortasbi sendiri telah memiliki 59 kelompok dengan jumlah anggota 16.394 petani sawit swadaya dengan luas lahan 39.427 Ha lahan tersertifikasi.
Semua itu dinilai mempunyai potensi untuk mendapatkan pembayaran tunai bagi para anggotanya karena telah mempraktikan perkebunan berkelanjutan, termasuk dengan menjaga kelestarian lingkungan di sekitar hutan.
Selain itu, beberapa kelompok seperti Perkumpulan Petani Mitra Harapan (PPMH) di Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), juga sudah memulai perlindungan terhadap hutan larangan sejak tahun 2024 yang lalu. Tidak main-main, pihak Fortasbi mencatat proses perlindungan hutan yang dilakukan oleh para petani sawit anggota PPMH tersebut bahkan sudah mencapai seluas 100 Ha.Masih dari Provinsi Kalbar, hal yang sama juga dipraktikkan oleh para petani sawit swadaya yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Keling Kumang (APSKK) Kabupaten Sekadau.
Pihak Fortasbi mencatat bahwa para petani kelapa sawit swadaya berkelanjutan tersebut telah mulai melindung kawasan hutan seluas 52,56 Ha sejak tahun 2019.
Bagi FORTASBI, langkah praktik perkebunan berkelanjutan yang dilakukan petani sawit swadaya, menjadi potensi untuk perdagangan karbon yang dilakukan kelompok atau masyarakat agar lebih semangat dalam mengelola lingkungan secara berkelanjutan.
Praktik baik perkebunan dengan perbaikan manajemen dan adopsi teknologi juga tetap dilakukan seperti methane capture untuk pengolahan limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME).
Kemudian praktik penggunaan biomassa sawit sebagai alternatif energi fosil, penggunaan pupuk organik, dan peningkatan produktivitas, serta pertanian berkelanjutan atau regenerative agriculture.
Dan semua praktik baik tersebut dipercaya dipercaya pihak Fortasbi dapat menurunkan emisi gas pada perkebunan kelapa sawit dan meningkatkan proses keberlanjutan.
Hal ini juga sejalan dengan. Hasil studi yang dilakukan oleh Harimurti et al. (2021) yang mengungkapkan bahwa rata-rata emisi karbon dari kegiatan produksi di kebun sawit sebesar 0.08 ton CO2 eq per ton tandan buah segar (TBS) per tahun. Emisi karbon paling besar dihasilkan pada tanaman berusia 4 tahun yakni sekitar 0.25 CO2 eq per ton TBS dan kemudian menurun hingga titik terendah pada umur 9 tahun yaitu sekitar 0.04 CO2 eq per ton TBS.
Sementara itu sumber emisi pada level kebun dan pabrik kelapa sawit (Mathews dan Ardiyanto, 2015) antara lain POME (62 persen), penggunaan pupuk (31.5 persen), dan penggunaan energi fosil (5,1 persen).
Di sisi lain, perkebunan kelapa sawit tetap punya peran sebagai carbon sink, yaitu kemampuan tanaman untuk menyerap karbon dari atmosfer dan menyimpannya dalam bentuk biomassa. Proses tersebut dapat terjadi melalui mekanisme fotosintesis, yaitu sebuah proses saat tanaman menyerap karbon dioksida dan kemudian melepaskan oksigen.