Musi Banyuasin, Media Perkebunan.id
Langkah Pemkab Muba memilih teknologi aspal karet terpravulkanisasi sudah tepat, karena bisa langsung mengolah karet dari petani. Tetapi hal ini harus disertai transformasi teknologi ditingkat petani. Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru menyatakan hal ini pada peresmian Instalasi Pengolahan Aspal Karet Berbasis Lateks Terpravulkanisasi di Musi Banyuasin.
Gubernur yang sangat menguasai hal teknis soal aspal karena pernah bekerja dibidang itu menyatakan, ada 3 teknologi pencampuran aspal karet yaitu lateks terpravulkanisasi, master batch dan serbuk teraktivasi. Tetapi dua teknologi terakhir tidak bisa langsung libatkan petani, sehingga lateks yang dipilih.
“Petani harus mengubah cara sadapnya. Cara sadap sekarang menghasilkan bokar padat yang tidak bisa digunakan untuk memasok pabrik aspal karet ini. Petani sejak sadap harus menjaga supaya lateksnya tetap cair pada suhu tertentu,” katanya.
Gubernur sangat mengapresiasi Bupati Muba Dodi Reza Alex Noerdin, yang disebut sebagai bupati inovator. Sebagai tindak lanjutnya supaya penggunaan aspal karet semakin meluas maka Dinas PU Provinsi diinstruksikan menggunakan aspal karet dari pabrik di Muba ini untuk pembuatan dan pemeliharaan jalan provinsi.
“Ini adalah aksi nyata membantu petani karet. Luas karet di Sumsel 1,2 juta ha dan dan Muba sendiri 300.000 ha. Harga karet untuk aspal ini ditingkat petani naik 10-20%. Kabupaten/kota di Sumsel juga saya minta gunakan aspal karet Muba ini,” katanya.
Saat ini Kemen PUPR juga sedang mengembangkan campuran aspal dengan plastik untuk mengurangi limbah plastik. Herman Deru minta Kemen PUPR menggunakan teknologi di provinsi yang tidak punya karet saja, sedang sentra karet harus gunakan aspal karet.