Banyuasin, Mediaperkebunan.id
Harga karet yang sejak Januari naik terus membuat petani karet di Sumsel bergairah kembali. Setelah lama kebun tidak dirawat, kenaikan harga karet ini membuat petani kembali melakukan perawatan. “Beberapa petani sudah kembali melakukan pemupukan. Mereka minta koperasi UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) menyediakan pupuk,” kata Jumirin Atmo, Ketua Asosiasi UPPB Sumsel.
Sudah tujuh tahun lamanya petani mendapat harga rendah. Pendapatan dari karet untuk kehidupan sehari-hari saja tidak cukup sehingga kebun tidak dirawat. Petani kecil dengan lahan 1-2 ha harus mencari pendapatan lain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Saat ini harga lelang mingguan di UPPB-UPPB rata-rata sudah Rp 11.000 – 12.0000/kg. Bagi petani ketika harga menyentuh Rp10.000/kg itu sudah cukup apalagi sekarang. “Harapan kami situasi ini bertahan lama, jangan sebentar sudah turun lagi.Kebutuhan sehari-hari sudah terpenuhi dan masih ada sisa, petani menyisihkan pendapatannya untuk kembali merawat kebun,” katanya.
Petani kembali membeli pupuk. Sayang pupuk yang tersedia untuk petani karet saat ini hanya pupuk non subsidi, sedang pupuk subsidi hanya tersedia untuk petani tanaman pangan. Karena itu asosiasi UPPB minta pemerintah juga menyediakan pupuk subsidi untuk petani karet.
Kenaikan harga paling dinikmati oleh petani anggota UPPB. Sedang petani non UPPB harganya ikut terkatrol tetapi tidak sebesar UPPB dan masih dibawah Rp10.000/kg. “Sebenarnya banyak petani yang ingin bergabung dengan UPPB. Masalahnya mereka sudah terikat utang dengan tengkulak untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan mendesak seperti biaya sekolah. Kalau mau gabung UPPB mereka harus melunasi utang pada tengkulak dan itu berat sekali,” katanya.
Petani anggota UPPB rata-rata kadar karet keringnya 56% sedang petani non anggota dibawah 50%. Kadar kotoran juga maksimal ditetapkan 5% dan di beberapa UPPB sudah bisa hanya 2% sedang non UPPB masih tinggi. Hal ini menyebabkan perbedaan harga petani anggota UPPB dan non UPPB berbeda jauh, antara Rp3000-4000/kg.
UPPB menunjukkan asal harga lebih tinggi dan dibina petani mampu menghasilkan bokar sesuai standar kualitas. “Kita punya SOP yang harus diikuti dengan ketat. Petani dibina dulu supaya mengikuti SOP yang sudah ditetapkan. Kalau tidak diikuti dan mutu bokar dibawah standar tidak bisa bergabung dengan UPPB,” katanya.
Manfaat menjadi anggota UPPB adalah harga bokar lebih tinggi, petani mendapat pembinaan dan membangun jejaring, kebersamaan petani semakin kuat dan ada koperasi simpan pinjam. Petani yang membutuhkan pupuk bisa meminjam dulu pada koperasi dan dikembalikan pemotongan hasil lelang.
Harga lelang karet di beberapa UPPB tercatat sebagai berikut: 1 Maret Makmur Bersama Rp12.600/kg, Panca Makmur Rp12.450/kg, Berkah Rezeki Rp12.500/kg, semuanya di Kecamatan Sungai Lilin, Muba; 2 Maret Embawaberkah, Cahaya Gemilang, Usaha Tani, Maju Bersama Kecamatan Tj Agung Muara Enim Rp12.220/kg; 3 Maret Jaya Bersama, Agung Makmur, Harapan Baru Tani, Maju Bersama Kecamatan Sembawa Banyuasin Rp12.343/kg; 4 Maret Sumber Jaya Madya , Muba Rp11.410/g;5 Maret Mantarmas Jaya Banyuasin Rp11.427/kg.