Kuala Lumpur, mediaperkebunan.id – Banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit asal Malaysia sangat menyukai keberadaan para pekerja asal Indonesia atau yang dikenal dengan sebutan pekerja migran Indonesia (PMI).
“Mereka fisiknya kuat, gigih, dan mudah beradaptasi dengan budaya lokal. Kami sangat menghargai kontribusi mereka selama lebih dari dua dekade,” ujar Senior Manajer PT Kepong Berhand, Chin Yik Loon, seperti dikutip Media Perkebunan dari laman resmi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (16/12/2024).
Sebagai informasi, pengajuan tersebut disampaikan Chin Yik Loon saat menerima kunjungan Kepala Disnakertrans NTB, I Gede Putu Aryadi SSos MH, ke salah satu perusahaan sawit di Malaysia tersebut selama beberapa waktu pada pekan lalu.
Turut serta dalam rombongan tersebut adalah Kepala Bidang (Kabid) Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Disnakertrans NTB, Moh Ikhwan, serta sejumlah wartawan yang dalam Forum Komunikasi Jurnalis Parlemen.
Kunjungan tersebut juga sekaligus menjalankan amanah Pj. Gubernur NTB Hasanuddin, dengan mengunjungi para pekerja migran Indonesia (PMI), khususnya asal NTB, yang bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit di Malaysia.

Kunjungan itu juga menjadi momentum bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB untuk menyerap aspirasi para PMI sekaligus mendorong perusahaan – perusahaan Malaysia menjaga komitmennya terhadap perlakuan adil dan berkeadilan bagi pekerja Indonesia.
Kata Senior Manajer PT Kepong Berhand, Chin Yik Loon, dengan luas lahan mencapai 2.013 hektar (Ha), perusahaan tersebut mempekerjakan 2.000 orang, dan sebanyak 43 persen berasal dari Indonesia.
“Yang 43 persen ini, mayoritas dari Pulau Lombok. Saya memuji dedikasi dan etos kerja para pekerja asal Lombok,” ungkap Chin Yik Loon menambahkan.
Menanggapi hal itu, I Gede Putu Ariyadi menyebutkan kunjungan ini adalah salah satu wujud perhatian pemerintah daerah terhadap PMI asal NTB yang telah memberikan kontribusi besar bagi ekonomi keluarga maupun daerah melalui remitansi.
“Kami ingin memastikan bahwa mereka, para PMI asal Provinsi NTB, bekerja dalam kondisi yang aman, nyaman, dan mendapatkan perlindungan yang layak,” ujar Aryadi.
Berdasarkan data tahun 2024, diketahui bahwa NTB merupakan provinsi keempat penyumbang PMI terbanyak di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
“Data dari pihak Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BPMI) mencatat sebanyak 33.949 pekerja migran berasal dari NTB pada tahun 2023,” ungkap I Gede Putu Ariyadi
Menurut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, sepanjang tahun 2024 tercatat ada 25 ribu orang yang menjadi pekerja migran.
Malaysia tetap menjadi negara tujuan favorit bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Barat (NTB). Dari keseluruhan pekerja migran asal NTB, sebanyak 70 persen bekerja di sektor perkebunan, terutama di perkebunan kelapa sawit.
Aryadi menyebut bahwa penduduk Lombok mendominasi jumlah pekerja migran asal NTB. Sejarah kehidupan mereka membuat banyak orang asal daerah tersebut bekerja sebagai buruh pemetik buah sawit di Malaysia.
“Meski di Lombok tidak ada perkebunan kelapa sawit, banyak penduduk terbiasa memanjat pohon kelapa sejak kecil. Hal ini membuat mereka lebih mudah beradaptasi saat diterima bekerja di perkebunan sawit Malaysia,” ungkapnya.
Pekerja migran asal Lombok selalu menjadi pilihan utama perusahaan kelapa sawit di Malaysia karena dinilai secara fisik lebih kuat dan gigih dibanding pekerja migran dari negara lain, selain itu budaya mereka serupa dengan budaya Melayu.
Dalam kunjungannya ke perusahaan tersebut, I Gede Putu Ariyadi dan rombongan menyempatkan bercengkrama dengan 87 orang PMI asal Lombok yg bekerja di ladang Sawit PT. Kepong Berhand Kuala Lumpur.
Aryadi merasa lega mendengar bahwa para PMI merasa senang bekerja di perusahaan tersebut, apalagi mendapatkan gaji yang layak berkisar antara RM 4.000 sampai RM 5.000 per bulan atau sekitar Rp 14 juta hingga Rp 17 juta, dan perlindungan asuransi kesehatan, serta fasilitas perumahan yang memadai.
Salah satu PMI asal Lombok bernama Nasrudin (45 tahun), yang telah bekerja selama 13 tahun di PT Kepong Berhand, Selangor, Malaysia, bertugas memetik buah sawit di ladang Tuan Mee mengungkapkan, rasa syukurnya atas upah yang diterima.
“Uang hasil bekerja di sini saya kirimkan ke Lombok untuk keluarga. Anak saya baru saja lulus dari sekolah tinggi pariwisata di Bali. Harapan saya, dia bisa mendapatkan pekerjaan layak di Indonesia agar tidak perlu jauh dari keluarga,” tutur Nasrudin.
Kisah Nasrudin menjadi gambaran nyata bahwa PMI bukan hanya bekerja untuk dirinya sendiri, tetapi juga demi masa depan keluarga mereka di kampung halaman. Nasrudin berkomitmen untuk kembali ke Lombok setelah anaknya mendapatkan pekerjaan mapan.
Selain Nasrudin, ada pula Arjunika Hendra (22 tahun), pekerja sawit Indonesia muda asal Lombok Timur, yang mulai bekerja di perkebunan sawit sejak 2022 setelah gagal menjadi anggota militer.
Dia menceritakan bahwa meskipun pekerjaan di Malaysia menjanjikan penghasilan besar, keinginannya tetap kembali ke kampung halaman untuk hidup lebih dekat dengan keluarga.
Aryadi menegaskan bahwa pemerintah Provinsi NTB terus berupaya membuka lebih banyak lapangan pekerjaan di dalam negeri, khususnya melalui pembangunan ekonomi berbasis pariwisata dan industri pengolahan.
“Kami ingin anak-anak muda NTB bisa bekerja di kampung halaman tanpa harus merantau jauh dari keluarga. Namun, selama kesempatan itu belum terbuka lebar, kami pastikan bahwa PMI asal NTB yang bekerja di luar negeri mendapatkan perlindungan dan kesejahteraan yang layak,” tegas I Gede Putu Ariyadi.