Jakarta, mediaperkebunan.id – Perusahaan kakao skala global yang kini merambat ke berbagai bisnis perkebunan dan bisnis lainnya, Mars, telah menciptakan sistem rantai pasokan kakao yang akan diterapkan ke berbagai negara produsen kakao di benua Afrika, Asia, dan kawasan Amerika Latin.
Perusahaan yang didirikan oleh Frank C. Mars lahir di Glenwood, Pope County, Minnesota, Amerika Serikat (AS), pada tahun 1883 ini menegaskan sistem rantai pasok kakao tanpa penggundulan hutan.
Manajemen Mars, seperti dikutip Media Perkebunan dari laman resmi, Senin (13/1/2025), mengungkapkan alasan dan dasar dari penciptaan sistem rantai pasok kakao berskala global.
Pihak Mars meyakini bahwa semua pihak bergantung pada keberadaan hutan yang mampu menyediakan habitat bagi setengah dari seluruh spesies tanaman dan hewan.
Hutan, menurut pihak Mars, juga mampu mengatur pola curah hujan lokal, berfungsi sebagai cadangan karbon yang penting dan menyediakan mata pencaharian bagi jutaan orang di komunitas pedesaan.
Semangat Hari Hutan Internasional mendorong kemajuan yang telah dibuat pihak Mars hingga saat ini untuk membatasi penggundulan hutan dan telah diuraikan dalam sebuah strategi yang disebut Cocoa for Generations.
Mars menegaskan ambisi untuk melestarikan hutan dan menciptakan rantai pasokan yang dapat dilacak pada tahun 2025. Untuk itu pihaknya telah memetakan dengan menggunakan global positioning system (GPS) 24 persen rantai pasokan kakao global hingga sampai tingkat pertanian.
Pihaknya juga membuat kemajuan signifikan dalam melacak kakao yang jadikan sumber sampai negara asal melalui pemasok langsung di tingkat 1, lalu di kelompok tani (poktan) tingkat 2, dan tingkat petani tingkat 3. Selain ambisi yang diuraikan dalam strategi Cocoa for Generations yang asli, Mars ingin menciptakan rantai pasok kakao di seluruh dunia lebih menegakkan komitmen hak asasi manusia (HAM) dengan para pemasok kakao Mars guna menghormati dan mengangkat HAM masyarakat adat dan masyarakat secara umum.
Adapun negara-negara yang telah diterapkan Mars dalam sistem rantai pasok tersebut adalah Pantai Gading dan Ghana yang merupakan penghasil 65 persen kakao global, Indonesia, Brasil, Kamerun, dan Ekuador.