Tidak ada kata tidak untuk menggunakan teknologi apalagi pada sektor pertanian yang saat ini luas arealnya semakin terbatas. Atas dasar itulah sektor pertanian wajib melek (membuka diri) teknologi menggadeng lembaga riset.
“Jadi saya rasa kerja sama antara lembaga riset dan teknologi dengan sektor pertanian di Indonesia belum berjalan maksimal,” kata Ketua Umum Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI), Herman Khaeron saat membuka Lokkarya Dukungan Perbenihan dan Perbibitan dalam Pembangunan Pertanian.
Lokakarya yang dilaksanakan dari tanggal 12 – 14 Oktober 2017 ini, MPPI menggandeng Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.
Padahal, Herman menambahkan bahwa kontribusi hasil riset dan teknologi terhadap kemajuan pertanian sangat berpotensi untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan pangan dunia. Sehingga dalam hal ini sangat diperlukan peran lembaga riset teknologi untuk menghasilkan kekuatan di sektor pertanian Indonesia.
Terbukti, dibeberapa negara maju, lembaga penelitian berperan besar terhadap pembangunan termasuk pertanian. Contohnya hasil teknologi di NASA, teknololgi tersebut dimanfaatkan untuk membaca agro klimat guna pembangunan sektor pertanian di AS.
“Namun sangat disayangkan di negara kita kerjasama-kerjasama seperti itu masih sangat lemah (minim),” keluh Herman.
Melihat kondisi tersebut, Herman yang juga anggota DPR-RI berkomitmen untuk menggandeng lembaga riset dengan sektor pertanian. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghasilkan kekuatan di sektor pertanian Indonesia.
“Misalnya riset teknologi menghasilkan varietas tumbuhan baru dengan tingkat produktivitas tinggi yang akan berdampak terhadap produksi secara nasional,” tutur Herman.
Alhasil, Herman berharap, dengan semakin banyak produktivitas yang terciptakan akan menjamin ketahanan pangan suatu negara. Hal seperti itu masih lemah. Untuk itu perlu dikembangkan lagi kerja sama antar lembaga riset teknologi di Indonesia dengan sektor pertanian.
“Sebab bila kedua lembaga ini digabungkan bukan tidak mungkin akan kekuatan besar bagi sektor pertanian Indonesia,” ujar Herman.
Sehingga dalam hal ini, Herman menghimbu, agar sektor pertanian jangan ragu ulntuk menggandeng lembaga risat yang ada saat ini. Diantaranya ada LAPAN, BPPT, LIPI, yang sudah banyak menghasilkan riset.
“Namun lembaga tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh sektor pertanian sehingga mampu menjamin pertanian yang berkelanjutan,” risau Herman.
Disisi lain, Herman mengungkapkan, setidaknya diperlukan 5 syarat dalam budidaya berkelanjutan. Pertama lahan. Ketersediaan lahan menjadi faktor utama. Lahan sebagai sumber kehidupan, tanaman, hewan.
Kedua air. Ini penting sebagai sumber kehidupan. Semua makhluk hidup perlu dan butuh air.Tapi mengapa masih ada wilayah yang kekeringan disaat musim kemarau datang? Padahal dengan menggunakan teknologi bisa mencari sumber air, ataupun mengalirkan lahan dari sumber air yang letaknya berjauhanl.
“Gunung ka juga bisa menjadi sumber air. Coba tengok di negara luar yang tidak mempunya gunun tapi mereka mampu mengubah air laut menjadi air tawar,” papar Herman.
Ketiga, lanjut Herman, masalah benih. Benih yang berkualitas sangat menentukan produktivitas. Atrinya peran teknologi dalam perbenihan juga menjadi syarat untuk bisa menciptakan kedaulatan pangan. Contohnya teknologi rekayasa genetik.
Melalui teknologi tersebut bisa menciptakan benih yang lebih toleran terhadap organisme pengganggu tanaman (opt) serta tahan kekeringan.”Jadi benih bisa direkayasa dalam berbagai varietas guna meningkatkan produktivitas,” ucap Herman.
Keempat, tambah Herman yaitu masalah pupuk. Padahal sebagai sumber asupan tanaman sehingga menghasilkan produktivitas tinggi.Namun penggunaan pupuk yang berlebihan juga akan membunuh masa depan manusia.
“Maka untuk menjaga sustainabilitas, penggunaan pupuk penting dengan komposisi yang tepat, dan itu bisa menggunakan teknologi,” saran Herman.
Terakhir, tambah Herman, lmanajemen tanam. Kedaulatan pangan sebenarnya memberi keleluasaan warga untuk menyediakan pangan. “Jadi cara bertanam yang tepat sangat menentukan produktivitas dan itu juga menggunakan teknologi,” kata Herman.
Ditempat terpisah, Direktur Pemasaran dan Penjualan PT East West Seed Indonesia, Afrizal Gindow membenarkan pentingnya teknologi dalam mendukung kdaulatan pangan. Diantaranya dalam industri benih. “Dalam berbisnis benih tidak akan telepas dari teknologi, diantaranya teknologi molecular marker,” terang Afrizal. YIN