JAKARTA, Mediaperkebunan.id – Kementerian Pertanian mendorong para petani dan pengusaha agar menyesuaikan pangsa pasar internasional sehingga produk pertanian dalam negeri bisa mendapatkan harga jauh lebih bagus. Salah satunya permintaan biji kakao di pasar global besar sekali
“Coba kita bayangkan, permintaan biji kakao di pasar internasional besar sekali. Tetapi sebagian besar yang mengekspor kakao kita dipunishment karena mutu yang tidak bagus,” ujar Kepala Badan Karantina Pertanian (Kabarantan), Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang, dalam diskusi virtual bertema “Mendorong Ekspor Berbasis Kawasan” yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN), Sabtu (7/8).
Padahal, lanjut Bambang, jika biji kakao yang diproduksi Indonesia disesuaikan dengan permintaan pasar maka harganya dapat lebih tinggi hingga empat kali lipat lebih mahal. Untuk itu para pelaku usaha dan petani dalam negeri untuk disiplin terhadap tuntutan pasar global.
“Satu hal yang mungkin kurang bagus kedengarnya, saya ingin mengajak kawan-kawan kita semua untuk sadar diri bahwa kita sebenarnya belum disiplin terhadap tuntutan pasar global,” ujar Bambang.
Menurut Bambang, importir di negara lain selama ini sebenarnya tidak mempersulit para pelaku usaha dalam negeri. Hanya saja tuntutan akan kesadaran hidup dalam menjaga kesehatan semakin meningkat.
Setiap bangsa di dunia ini berupaya mengamankan warganya dari potensi bahaya bagi kesehatan. “Saya pikir tanggung jawab ini juga melekat di kita terkait erat dengan tugas Balai Karantina yang juga bertanggungjawab mengamankan resiko-resiko dari bahaya bagi kesehatan,” kata Bambang.
Bambang mencontohkan negara Jepang yang tidak mau jika kakao itu dipupuk dengan kotoran ayam. Karena kotoran ayam dianggap mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. “Sepanjang kita bisa mengamankan dari zat-zat itu, maka mereka sangat menghargai dengan harga yaang spesial juga,” jelasnya.
Diskusi juga menghadirkan Produsen Edamame Presiden Direktur PT Gading Mas Indonesia Tegus, Erwan Santoso, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, dan Ketua DPW Pegiat Petani Porang Nusantara (P3N) (YR)