2021, 5 Juni
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Benar, bahwa saat ini saat ini dunia menginginkan produk-produk yang berasal dari budidaya yang sustainable (berkelanjutan). Atas dasar itulah PT Syngenta Indonesia siap mewujudkan perlindungan perkebunan yang berkelanjutan.

Hal itu mengemuka saat Webinar Nasional & Live Streaming “Sawit Indonesia Berkelanjutan & Semakin Ramah Lingkungan,” yang diselenggarakan oleh Media Perkebunan, di Jakarta. Webinar tersebut dilakukan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Menurut Manager Plantation PT Sygenta Indonesia, Nelson Sihombing bahwa peningkatan produksi itu penting tapi jangan lupa harus berkelnajutan.

Ini menjadi tantangan bagi pekebun. Baik di perkebunan milik perusahaan, ataupun perkebunan milik petani. “Dalam hal ini ada tiga buah tantangan. Pertama, pengendalian gulma. Kedua, pengendalian hama, dan ketiga pengendalian penyakit,” jelas Nelson dalam Webinar Nasional & Live Streaming yang dihadiri 292 perseta.

Dari gulma itu sendiri, lanjut Nelson, ada berbagai jenis diantaranya yakni gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit dan lainnya. Sedangkan dari hama juga terdapat berbagai jenis, dan yang biasanya menghantui para pekebun yakni hama ulat api, hama ulat kantong dan lainnya. Terakhir tantangan penyakit seperti penyakit akar atau busuk akar sawit, penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk kuncup, penyakit garis kuning dan lainnya.

“Namun para pekebun tidak usah khawatir, sebab semua tantangan tersebut ada solusinya dengan menggunakan Syngenta,” jelas Nelson.

Sebab, lanjut, Nelson, “Sygenta menyediakan produk dari mulai persiapan lahan atau lean clearing, lanjut ke tanaman belum menghasilkan (TBM) hingga tanaman menghasilkan (TM).”

Meskipun begitu, Nelson menjelaskan dalam melakukan pengendalian gulma terdapat empat prinsip. Pertama, secara manual. Kedua,secara kimia. Ketiga, secara kultur teknis dan terakhir secara mekanis.

Baca Juga:  Perkebunan Itu Halal

Tapi harus diketahui, untuk mengendalikan hal tersebut penggunaan bahan kimia adalah cara terakhir disaat jika memang ketiga catra lainnya sudah dilakukan dan tidak berhasil. Jadi penggunaan bahan kimia adalah altenatif cara terakhir. Selagi masih bisa secara manual atau mekanis maka gunakanlah manual.

Hal ini sesuai dengan komitmen pelaku perkebunan di Indonesia yang menerapkan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutam. Berita selengkapnya ada di Majalah Media Perkebunan edisi Agustus 2021 (YIN)