Pekanbaru, mediaperkebunan.id – Komitmen untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di tingkat perkebunan kelapa sawit (PKS) terus ditunjukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan), serta PT Daya Guna Lestari (DGL).
Hal ini ditunjukkan dengan kolaborasi ketiga pihak itu melalui penyelenggaraan pelatihan kepemimpinan dan komunikasi di industri kelapa sawit yang dimulai sejak Senin-Kamis (19-22/5/2025) di Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau.
Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Riau, Syahrial Abdi AP MSi, itu diikuti oleh 85 peserta, digelar di Hotel Aryaduta dan merupakan pelatihan gelombang kedua dan menjadi bagian penting dari pelaksanaan program SDM-6Tahun 2025.
Puluhan peserta yang mengikuti pelatihan selama 4 hari itu, seperti keterangan resmi yang diterima mediaperkebunan.id, Selasa (20/5/2025), merupakan bagian dari angkatan 4, 5, dan 6.
Mereka berasal dari Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), dengan berbagai latar belakang yang beragam, mulai dari pekebun mandiri, penyuluh lapangan, petugas pendamping, aparatur sipil negara (ASN), hingga masyarakat sekitar kebun.
Turut hadir dalam pembukaan, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Rokan Hilir Aldi, SIP, jajaran pejabat dari Dinas Perkebunan (Disbun) Riau, serta Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Usaha dan Penyuluhan Sri Ambar Kusumawati.
Dalam sambutan pembukaan, Direktur Utama PT DGL M. Gema Aliza Putra, menyampaikan bahwa pelatihan ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan langkah strategis dalam memperkuat kapasitas sumber daya manusia di sektor sawit.
“Kami tidak hanya ingin mencetak peserta yang memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya secara langsung di lapangan,” kata Gema Aliza Putra.
Dirinya melihat bahwa kepemimpinan dan komunikasi adalah dua keterampilan inti yang akan menentukan bagaimana petani dan pelaku lapangan dapat beradaptasi dan berkolaborasi dalam menghadapi tantangan industri sawit ke depan.
Bagi PT DGL, kata dia lagi, pelatihan ini bukan hanya sekadar meningkatkan skill kepemimpinan dan komunikasi, akan tetapi juga dikhususkan menjadi pelatihan pada aspek teknis budidaya perkebunan kelapa sawit dan penumbuhan kebersamaan antar pekebun.
“Kami percaya, keberhasilan pembangunan sektor sawit rakyat tidak hanya bergantung pada kemampuan teknis, tetapi juga pada solidaritas, kepemimpinan lokal, dan komunikasi yang efektif antar pelaku,” sambung Gema Aliza Putra.
Lebih dari sekadar teori di kelas, Gema bilang, para peserta juga akan dibekali dengan studi kasus, praktik analisis masalah, seperti fishbone analysis, simulasi komunikasi, membangun kerjasama tim atau teamwork building.
“Hingga mengikuti sesi outbound di akhir kegiatan yang bertujuan untuk membangun kerja sama tim, ketahanan mental, dan kepercayaan diri, sekaligus menjadi pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan membekas,” sambung Gema Aliza Putra.
Seluruh metode, ujarnya, disusun untuk relevan dengan tantangan nyata yang dihadapi para peserta di lapangan, terutama dalam pengelolaan kebun dan pemberdayaan komunitas pekebun.